Mohon tunggu...
Afri Phastiansyah
Afri Phastiansyah Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pegawai Swasta sekaligus Mahasiswa yang sangat berharap bangsa ini memiliki rakyat yang mencintai, bangga dan optimis mengenai segala sesuatu tentang Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jakarta dan Macetnya

29 September 2011   16:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:30 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah kata atau kalimat apa yang pantas saya gunakan guna mendeskripsikan kondisi kesemrawutan kondisi lalu lintas kota Jakarta. Mungkin kata semrawut itu sendiri dapat mewakili kondisi lalu lintas di Jakarta. Sudah sewajarnya sebagai ibukota negara sebesar Indonesia jika Jakarta menjadi pusat tujuan dalam mencari nafkah penduduknya, juga penduduk kota-kota sekitarnya, bahkan dari kota di seberang pulau Jawa, jadi sudah sewajarnya juga kalau dewasa ini Jakarta menjadi sangat padat dengan pendatang yang berdatangan mencoba mengadu nasibnya di Jakarta. Beriringan dengan padatnya kota, maka sudah barang tentu padatnya lalu lintas Jakarta menjadi salah satu masalah besar Ibukota negara ini, diantara begitu banyak masalah-masalah besar yang masih menjadi pekerjaan rumah bagi para pejabat berwenang.

Kemacetan dikota Jakarta seperti penyakit kanker stadium akhir,sudah sangat parah terjadi.terutama di jam-jam padat seperti jam pergi dan pulang kantor, perjalanan jarak dekat yang seharusnya dapat ditempuh selama 20-30 menit, sekarang dibutuhkan satu sampai satu setengah jam. Sungguh sangat mengkhawatirkan memang kondisi Jakarta saat ini. Kepadatan ini memang tidak dapat dipungkiri,mengingat tingginya angka pertumbuhan jumlah kendaraan, dan diperparah dengan rendahnya kesadaran ber- lalu lintas para pengguna jalan.

Sebenarnya pejabat terkait tidak hanya tinggal diam dengan kondisi seperti ini, pemerintah berupaya memecahkan masalah kemacetan ini dari menerapkan sistem "3 in 1" atau peraturan yang mewajibkan pengendara mobil harus berada di mobilnya dengan dua penumpang atau lebih di jalan-jalan yang telah ditentukan. Lalu juga dengan menggiring mayarakat untuk lebih memilih menggunakan moda transportasi umum massal, dan meninggalkan kebiasaanya membawa kendaraan pribadi dengan meyediakan armada bus yang memiliki jalur khusus yang sudah disterilkan dari kendaraan lain, biasa disebut Busway dan diberi nama Trasjakarta. Namun bukan hanya membantu memecahkan masalah, justru cara-cara ini malah menimbulkan masalah baru, sekarang terdapat "Joky" atau orang-orang yang menawarkan dirinya untuk "mengakali" petugas dengan ikut berpura-pura menjadi penumpang dalam mobil pengguna jasanya sehingga terlepas dari kewajiban "3 in 1" guna mengharapkan imbalan dari jasanya. Busway pun tidak lepas dari masalah pengiringnya, mulai dari buruknya kualitas infrastruktur penyangga,seperti rusaknya halte dan jembatan penghubung penumpang, hingga pelayanan yang dianggap masih jauh dari harapan. Rendahnya kesadaran pengguna jalan yang "menyerobot" jalur khusus bus ini, tingginya angka kecelakaan yang dialami pengguna jalan lain di jalur khusus ini, banyaknya penumpang yang harus menunggu lama sebelum terangkut mengingat terbatasnya jumlah armada bus yang tersedia, hingga masalah klasik yang terjadi di jalanan seperti kriminal menjadi masalah yang belum terpecahkan.

Di akhir kepemimpinan Gubernur Sutiyoso, beliau mengeluarkan jurus terakhirnya memecahkan permasalah ini, yaitu membangun kereta bawah tanah (subway) atau kereta rel tunggal (monorail). Bukan sekedar wacana, sempat menjadi harapan warga Jakarta terhadap ide-ide brilian ini, namun jauh dari harapan warga pembangunanya justru tertunda hingga batas waktu yang tidak ditentukan, padahal kita dapat melihat tiang-tiang penyangga yang sudah sempat dibangun untuk menopang monorail di sekitar Senayan dan Kuningan. Dan saya memberikan julukan untuk Jakarta untuk keberadaan tiang-tiang ini "Jakarta,kota seribu tiang"

Semoga nantinya Jakarta memperoleh pemimpin yang benar-benar AHLI dalam memecahkan masalahnya, bukan AHLI MEMBERIKAN JANJI DAN HARAPAN PALSU.

Seperti biasa mohon maaf jika terdapat tulisan saya yang tidak berkenan dalam artikel ini, dan berterima kasih untuk segala atensinya.

CINTAI BUDAYANYA...

CINTAI SEJARAHNYA...

CINTAI BAHASANYA.....

Cintai INDONESIA ....

- A f r i     P h a s t i a n s y a h -

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun