Mohon tunggu...
Raja Lubis
Raja Lubis Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Teks Komersial

Pecinta Musik dan Film Indonesia yang bercita-cita menjadi jurnalis dan entertainer namun malah tersesat di dunia informatika dan kini malah bekerja di perbankan. Ngeblog di rajalubis.com / rajasinema.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Pemeran Anak di Film Dewasa, Apakah Mereka Nonton Filmnya Sendiri?

23 Juli 2022   09:57 Diperbarui: 7 Agustus 2022   19:21 1274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Still adegan Oka Antara dan Kazuki Kitamura yang harus dilihat Ersya/keepo.me

Baligo yang menampilkan pemeran anak di Pengabdi Setan 2/twitter.com/@jokoanwar
Baligo yang menampilkan pemeran anak di Pengabdi Setan 2/twitter.com/@jokoanwar
Sepintas ini memang adalah hal yang wajar. Siapapun akan merasa bangga jika dirinya atau seseorang yang dekat dengan dirinya bisa menghasilkan karya. Dan secara nggak langsung, baligo tersebut pun 'mengajak' masyarakat sekitar untuk menonton film tersebut pada Agustus mendatang.

Hal lain yang bisa muncul dari rasa bangga ini adalah support dari teman-temannya untuk beramai-ramai menonton film ini. Tapi apakah usia SMP cukup untuk menonton film yang diberi rating R13+?

Mungkin dalam kasus ini, selisih usia rata-rata SMP tidak berbeda jauh dengan rating filmnya.

Tapi yang menjadi masalah, adalah jika kedua contoh kasus di atas menjadi hal yang 'normal' bagi masyarakat. Dan malah melanggar aturan klasifikasi rating.

Menurut hemat saya, siapa pun dan apapun profesinya, ketika ia akan menonton sebuah film, maka posisinya adalah sebagai 'penonton'. Otomatis kebijakan rating klasifikasi usia yang ditetapkan oleh Lembaga Sensor Film, mutlak berlaku.

Balik ke persoalan kekhawatiran Taskya Namsya.

Saya kira kekhawatiran tersebut sangatlah berdasar. Apalagi kalau kita menengok kultur sebagian masyarakat Indonesia yang masih menjadikan artis sebagai panutan atau contoh.

Maka jangan heran untuk kampanye vaksin saja, pemerintah menggunakan artis yang disukai ibu-ibu karena hoaks yang menyebabkan vaksin meninggal itu beredar di percakapan ibu-ibu.

Saya pun punya kekhawatiran yang sama dengan Taskya. Bagaimana jika kebiasaan para aktor cilik menonton filmnya sendiri yang berating dewasa ini diikuti oleh penggemarnya yang masih berusia anak-anak?

Para pemeran anak ini boleh saja berdalih profesionalisme. Mereka boleh jadi 'mengerti' dengan apa yang ditontonnya. Karena mereka punya pengalaman/insight lain saat syuting. Toh, sebagaimana proses syuting Ersya di Killers, belum tentu anak-anak terlibat langsung dalam adegan yang memang sadis/menegangkan saat syuting.

Tapi bagi para penonton anak-anak, mereka hanya melihat film berdasarkan hasil akhir yang sudah dipoles dengan beragam teknik seperti editing atau musik. Mereka akan tetap menonton sesuatu yang memang belum selayaknya dilihat oleh mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun