Mohon tunggu...
Raja Lubis
Raja Lubis Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Teks Komersial

Pecinta Musik dan Film Indonesia yang bercita-cita menjadi jurnalis dan entertainer namun malah tersesat di dunia informatika dan kini malah bekerja di perbankan. Ngeblog di rajalubis.com / rajasinema.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Potret Perempuan dalam Bingkai Sinema Indonesia

18 April 2017   06:57 Diperbarui: 19 April 2017   10:45 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: MD Pictures, Miles Film, Starvision, Fourcolour Films, Rafi Films

Selain Lola, Nia Dinata juga termasuk sutradara yang konsen terhadap perempuan. Sebelum Berbagi Suami, ia melukiskan kehidupan perempuan sosialita dalam Arisan! (2003) yang dilanjut pada Arisan! 2 (2011). Tahun lalu, ia pun me-remake film klasik Tiga Dara dengan versi kekinian dalam Ini Kisah Tiga Dara (2016).

Potret perempuan yang begitu beragam juga pernah mencatatkan sejarah kelam pada sinema Indonesia. Pada kurun waktu 2010-2012, perempuan dijadikan objek seksual dalam bingkai film horor. Beberapa nama seperti Julia Perez, Dewi Perssik, Andi Soraya, Five V, Chyntiara Alona dkk bergentayangan di periode tersebut. Bahkan untuk menemani mereka gentayangan, haruslah pula mengimpor nama-nama dari luar yang semakin merusak citra perempuan Indonesia. Beruntung, di penghujung tahun 2012, Ainun (Bunga Citra Lestari) hadir mengerem perkembangannya dalam Habibie & Ainun. Sejak saat itu, “hama” tersebut sudah mulai berkurang meski tak dapat dipungkiri serpihannya masih tersisa hingga kini, namun sudah tak lagi mendapat tempat.

Perkembangannya saat ini, sineas semakin kreatif dalam melihat sisi perempuan sebagai tema film. Seperti hadirnya film 3 Srikandi yang menceritakan tentang 3 atlet panahan peraih olimpiade pertama Indonesia. Namun, dominansinya masih seputar romansa, cinta segitiga, perselingkuhan, salah satu tokohnya sakit parah terlebih jika dibungkus dengan agama akan sangat menarik. Sebelum tema seperti ini menjamur, Hanung Bramantyo juga sudah membuat film yang seakan melawan tema-tema seperti ini. Perempuan Berkalung Sorban (2009) salah satu film yang berbicara banyak tentang perempuan dan bisa dibilang salah satu masterpiece film Indonesia.

Pada akhirnya, perempuan masihlah menjadi topik menarik dalam sebuah media audio visual. Keberagaman perempuan di Indonesia menjadi kekuatan bangsa itu sendiri. Sejarah mencatat, Indonesia pun pernah memiliki seorang presiden perempuan. Dari sudut kepahlawanan, perempuan erat sekali dengan Kartini yang bahkan diperingati setiap tanggal 21 April. Lagi dan lagi, sutradara Hanung Bramantyo membuat film yang bertema perempuan. Kartini karya Hanung akan tayang serentak mulai besok, 19 April 2017. Mari kita nonton dan kaji bersama bagaimana perspektif yang akan dihadirkan dalam film tersebut.

Mengakhiri tulisan ini, satu hal yang ingin saya tekankan adalah bahwasanya perempuan lah yang menjadi “dalang” dari segala kehidupan. Pepatah mengatakan negeri ini akan baik jika perempuannya baik, dan negeri ini juga akan hancur jika perempuannya hancur. Sudah selayaknyalah kita menghargai perempuan dalam batas-batas kodratnya sebagai perempuan.

Indonesia kuat karena kita beragam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun