Mohon tunggu...
raja hakim
raja hakim Mohon Tunggu... Seniman - Tetap menulis walaupun tanpa tangan

Muhammad Razmir Hakim asal Kota Malang, Jawa Timur. Menulis adalah salah satu cara untuk membuat setiap nafas terasa lebih sempurna

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sedikit Cerita dari Si Rambut Biru

19 Januari 2021   22:16 Diperbarui: 19 Januari 2021   22:21 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ah, leganya akhirnya bayang bayang jiwa ini bisa bertemu dengan fajar di ufuq timur, akhirnya suara suara merdu sepasang merpati putih sanggup menembus gendang telinga sepi yang telah sekian lama pergi dan akhirnya rongga rongga tubuh ini terisi penuh oleh hembusan nafas ibu pertiwi.Selamat pagi cakrawala aku berjanji akan memberikanmu sepasang awan cinta beraliskan sejuta pelangi.

Aku baru ingat kalau hari ini adalah hari senin hari dimana sukma harus terpompa kembali.Saat kulihat almanak tua hari ini aku lupa kalau sekarang kawanku si rambut biru akan tiba di Bandara Soekarno Hatta pagi ini, segera saja kuinjak gas penuh sepeda motor tuaku ini ke arah bandara, kubayangkannya bagimana wajah si rambut biru itu setelah lebih dari satu dasawarsa tidak bertemu.

Di tengah perjalananku ini kubelinya dua bungkus ketoprak sedap untuk jamuan pertama selepas turun dari pesawat nanti, dia pasti sangat suka dengan makanan khas Betawi ini meskipun dia lahir di Eropa Timur tapi lidahnya adalah lidah anak Jakarta Timur.Akhirnya sampai juga aku di bandara tempat dimana aku terkagum kagum melihat ratusan layang layang raksasa.

Dari kejauhan dia memanggilku dengan suara khas bulenya "Salman, I am here man." Kucarinya suara ghaib itu ternyata dia tepat ada di depan mataku.Langsung saja kupeluk lelaki berbadan tinju itu.Namanya Eric dia adalah kawan baikku sewaktu aku masih kuliah dulu rupanya dia tampak lebih muda sejak terakhir kali kami bertemu.

Dia pun juga memelukku dengan sangat erat tampaknya jarak tidak sanggup menahan rindu yang selalu menyelimuti kalbu, kuantarnya dia bersandar di kediamanku.Sembari kunikmati ketoprak yang kubeli tadi kutanya dia tentang apa yang terjadi di eropa sana.Kutanya dia apa dia tidak rindu dengan surga yang ada di bumi nusantara ini.

Wajahnya tampak bercahaya terutama saat dia menengok hamparan bukit hijau yang sanggup membius jiwa.Tidak akan ada orang yang sanggup bertahan dari keindahan tanah tumpah darahku ini.Jiwa pasti terasa meleleh dan mulut pun tak sanggup berujar lagi.Inilah Indonesiaku tanah yang akan selalu kubanggakan walau semua hanya akan menyisakan debu.

Kuajaknya berkeliling kota tua ini sekalian kita bernostalga melihat sejuta kenangan lama, yang aku suka dari dia walaupun dia adalah bule berambut biru khas nya namun dia adalah orang yang sangat baik sekali dia bahkan sanggup menghormati apa yang ada di tanah tumpah darahku ini.

Aku tak pernah malu memiliki teman berambut biru karena dia adalah tamu yang sangat sopan dan lebih santun dari orang asing manapun dia juga seorang sama muslim denganku dia mau beribadah dengan ramah bersama mereka orang orang desa tanpa melihat identitas.Jadi jangan pandang dia buruk karena tak semua orang asing selalu berperangai serigala.

Selama hampir empat belas pekan dia ada di sini dia bercerita dengan logat khas betawinya bahwa Indonesia jauh lebih mempesona daripada apa yang ada di kampung halamannya sana itulah mengapa dia memutuskan untuk kembali ke Indonesia karena bayangannya di eropa sana selalu tertuju pada Indonesia.

   Orang boleh berkata bahwa Indonesia bukanlah negara maju tapi orang juga harus sadar bahwa apa yang ditanamkan tuhan di bumi nusnatara tidak akan pernah ditemukan di berbagai belahan dunia.

Eric sendiri seakan tidak mau balik ke negaranya melihat jutaan surga yang ada di Indonesia.Dia jauh lebih bahagia saat menatap fakta bahwa negeri ini benar benar sangat tenang dan mau menghormati perbedaan.

Dia juga kagum dengan orang Indonesia yang masih sanggup mempertahankan kultur budaya tradisionalnya di tengah arus globalisasi.Selama berada di gubuk sederhanaku dia banyak memotret keindahan alam dan budaya yang ada di sekelilingku dia juga memenuhi buku diary nya dengan tulisan khusus mengenai Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun