Mohon tunggu...
Raistiwar Pratama
Raistiwar Pratama Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Suami dan ayah dua anak lelaki yang berbahagia di Depok. Bersekolah di Jakarta, lalu berkuliah di Jatinangor Sumedang. Pernah menjadi pendidik di Garut, Sumedang, dan Bandung. Kini kembali di Jakarta untuk bekerja sambil belajar.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Umat Islam, Barat, dan Media Massa

7 Desember 2012   07:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:03 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Tentu kita mengenal—melalui sejarah—dua jurnal yang menjangkau Nusantara-Melayu sebagaimana kita juga mengenal tiga aktor utamanya. Kedua jurnal itu lengkapnya bernama ‘ikatan yang kuat’ (al ‘ urwat al wutsqâ) yang dikelola Jamaluddin Al Afghani dan Muhammad ‘Abduh; dan ‘tempat asal cahaya’ (al manar) yang dikelola Rasyid Ridha. Jangkauan kedua jurnal—terutama al manar—tersebut mencapai kawasan ini pada awal abad XX. Gagasan yang terkandung di dalamnya merupakan pemicu lahirnya berbagai gerakan yang disebut sebagai pembaru atau modernis seperti Sarekat (Dagang) Islam, Muhammadiyah, Persatuan Islam, dan Jong Islamieten Bond. Enggan tertinggal, ‘kaum muda’ Minangkabau pun mengelola jurnal sendiri, ‘sang pemandu’ (al imam). Kecenderungan taqlid dan keengganan ber-ijtihad/ ber-ittiba’ yang hanya dapat dihilangkan dengan pendidikan merupakan perhatian utama al imam. Perjuangan berlanjut, ‘sesuatu yang bercahaya’ (al munir) muncul menggantikan al imam. Perhatian utama mereka adalah pemurnian atas empat hal: ayat-ayat Al Qur’ân dari tujuan magis, Islam dari syirik, dan Islam dari tasawuf teoretis, dan Islam dari kepercayaan terhadap eskatologi seperti menunggu datangnya Imam Mahdi (Azra, 2002: 183-201). Mereka semua menyadari pentingnya menyebarkan gagasan dan mewarisi argumentasi yang mencerahkan. Ucapan mudah sekali dilupakan karena sedikit pendengar, sebaliknya tulisan selain mampu lebih lama bertahan juga mampu lebih luas menjangkau.

‘Bukan siapa pemilik kapital terbanyak namun siapa pemasok informasi tercepat dan terluas’, merupakan ungkapan penguasa dunia kontemporer sebenarnya, setidaknya begitu bagi Alvin Toffler dalam Third Wave. Bayangkan bila mereka tidak hanya memiliki kapital namun sekaligus menguasai informasi. Belum lagi sembuh luka umat Islam akibat penjajahan politik dan ekonomi, penjajahan gaya baru kini menjelma kembali dalam bentuk ‘imperialisme media massa’. John L. Esposito dalam The Islamic Threat: Myth or Reality? menggambarkan bagaimana pencitraan ‘fundamentalisme Islam’ begitu menggurita karena peranan media massa Barat. Islam merupakan ancaman lipat tiga: politik, demografis, dan sosio-religius (Esposito, 1995: 194). Begitu pula Edward Said dalam Covering Islam juga menggambarkan bagaimana kebenaran dapat diciptakan bila dilakukan secara berulang-ulang, serentak, dan massal. Kebenaran hanya masalah jumlah dan intensitas bukan lagi substansi. Semuanya dibungkus secara ilmiah. Tragisnya lagi, sebagian umat Islam menerimanya, entah karena kagum atau ancaman.

Maka dari itu, “suatu proses meliput, mengolah, dan menyebarluaskan berbagai peristiwa dengan muatan nilai-nilai Islam, khususnya yang menyangkut agama dan umat Islam kepada khalayak, serta berbagai pandangan dengan perspektif ajaran Islam” atau “proses pemberitaan atau pelaporan tentang berbagai hal yang sarat dengan nilai-nilai Islam” merupakan kebutuhan primer para pencinta kebenaran sejati. Lebih dekat lagi, setiap muslim adalah sekaligus pendidik, pelurus informasi, pembaharu, pemersatu, dan pejuang (Romli, 2001: 86-91). Benarkah pers Islam adalah jawaban? Alih-alih menjawab dengan makian, kerja nyata—keras dan cerdas—lebih dibutuhkan!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun