Mohon tunggu...
Rais syukur Timung
Rais syukur Timung Mohon Tunggu... Lainnya - Pena Nalar Pinggiran

* Omo Sanza Lettere * Muslim Intelektual Profesional

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kontrasmu Bisu

19 Agustus 2020   10:44 Diperbarui: 24 Agustus 2020   21:04 532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Katanya merdeka tetapi banyak Tanah, sawah dan ladang, di rampas demi hunian mentereng.


Katanya merdeka, tetapi Hutannya di babat demi pabrik-pabrik canggih.


Katanya merdeka, tetapi lautnya ditimbun, demi Gedung-gedung pencakar langit.


Katanya merdeka, tetapi jurang kemiskinan dan kekayaan menganga.


Katanya merdeka, tetapi mempertontonkan kekayaan dan kemewahan dihadapan mereka yang terbakar terik demi seonggok nasi.


Katanya merdeka, tetapi telinganya Tuli mendengar jerit lapar kaum papah di malam buta.


Katanya merdeka, tetapi terang-terangan korupsi waktu, tanpa malu korupsi wewenang, bahkan tertawa saat korupsi berjama'ah.


Katanya merdeka,  tetapi keluarga Number uno, orang lain sebentar dulu (nepotisme).


Katanya merdeka, tetapi Hukumnya Tumpul keatas, tajam kebawah.

Katanya merdeka, tetapi kecil salah, cepat-cepat hukum ditegakkan. 

Katanya merdeka, tetapi besar salah, diam pura-pura tidak tau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun