Chapter 1
-1 Januari 2020-
  Hai Ra! Apa kabar? Terlihat sekali jika hari ini kamu sangat bahagia. Ukiran senyum indah yang berada di wajahmu membuat ku malu untuk sekilas menatap dirimu, kamu sangat kuat ya Ra, aku berharap dapat memiliki kekuatan dan kebahagiaan yang sama dengan dirimu.
  "Tidak juga, Unno. Kamu sepertinya mirip dengan diriku," duganya kepadaku.
  Maksudnya mirip seperti apa, Ra? Dari awal kehidupan saja kita sudah berbeda, jikalau aku menjadi dirimu, aku pasti tidak akan secantik dirimu. Jadi apa yang membuatmu berpikir seperti itu?
  "Kita memang tidak mirip secara fisik, benar katamu, kita adalah orang yang berbeda dalam hal itu. Akan tetapi, aku yakin kita adalah orang yang sama berdasarkan dari jalan kehidupan kita," ujarnya sambil menatap mataku dengan lekat. Aku paham, dia sedang tidak bercanda mengenai apa yang baru saja diucapkan.
  Jangan merendah seperti itu, kamu hanya ingin membuatku merasa lebih baik ya, Ra? Kita melangkah dengan pijakan yang berbeda, kita berpegang teguh akan prinsip yang bertentangan. Panggungmu dengan panggungku berasal dari bahan yang tidak sama, bisa aku katakan, kakimu tidak pantas berpijak pada tumpukan kayu yang usang dan kotor seperti itu. Malu Ra, aku malu akan semua ini hingga aku merasa kamu terlalu berlebihan.
  "Berlebihan seperti apa? Dengan semua ucapan ini, kamu anggap aku terlalu jauh dari derajatmu?"
  Iya Ra, kamu sangat jauh dari derajatku. Kamu dicintai oleh orang di sekitarmu sementara aku disentuh pun tidak. Kamu akan bertemu banyak orang yang menggenggam erat tanganmu dengan penuh kasih, rasa pedih atas kehilangan itu akan terbayar dengan segala dorongan-dorongan baru yang muncul. Percayalah padaku Ra, cepat atau lambat kamu akan mengukir kisah baru itu di ikatan kepercayaan kita.
  "Baiklah, Unno. Aku tidak bisa memaksakan apa yang telah menjadi pendapatmu. Aku tidak ingin mengusik perasaan siapapun dengan perdebatan kecil walau pada akhirnya kita akan tetap berjabat tangan. Aku tidak ingin mengusik siapapun, hari ini dan seterusnya."
  Terimakasih sudah memahamiku, Ra. Aku memang pribadi yang tidak suka dipaksa dan dibantah. Aku rasa pertemuan kali ini sudah cukup. Besok aku akan kembali lagi untuk menemuimu, aku berjanji. Aku harap kamu akan terus berbahagia hari ini, Rara.
  "Sebentar," dengan lembut ia menarik tanganku lalu menyelipkan benda kecil yang membuatku sedikit menaikan alis.