Mohon tunggu...
Raihanah Dian
Raihanah Dian Mohon Tunggu... Mahasiswa - -

Sosial Politik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sifat Kepemimpinan Rasulullah SAW dalam Perang Badar dan Perang Uhud

23 September 2022   19:04 Diperbarui: 23 September 2022   19:21 799
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Adanya Piagam Madinah tidak serta merta mengakhiri semua tantangan bagi Rasulullah SAW. Musuh-musuh beliau di kota Mekkah tetap menampakkan ketidaksukaannya, posisi Rasulullah SAW. di Madinah pun masih mendapatkan ancaman dari luar dan dalam. Maka dari itu, beliau berusaha menjalin aliansi dengan kaum lain dengan menandatanagni kesepatakan dengan orang Yahudi dan suku-suku di Madinah. Namun, sebelum rencana itu terselesaikan, kaum Muslimin harus menghadapi musuh di perang Badar.

Pada saat itu, kaum Quraisy siap menghadang mereka dari depan dan kaum Yahudi siap menikam mereka dari belakang. Dalam situasi ini, ada dua orang Islam yang dibebaskan oleh kaum Quraisy dengan perjanjian untuk tidak mengangkat senjata melawan kaum Quraisy pada saat perang Badar. Namun sesampainya di Madinah kedua orang ini memiliki keinginan kuat untuk ikut membantu kaum Muslimin dalam perang Badar. 

Tetapi hal ini ditolak oleh Rasulullah SAW. dengan penuh kebijaksanaan karena beliau tidak bisa memberikan izin bagi pengikutnya yang telah terikat janji untuk tidak memerangi musuh dalam kondisi apapun. Pada akhirnya, kaum Muslimin mampu mengalahkan kaum Quraisy. Tidak ada rasa dendam terhadap kaum Quraisy yang pernah menindas mereka, semua dendam itu dihilangkannya demi sebuah kedamaian.

Setelah perang Badar, kaum Quraisy tetap tidak menunjukkan perbuatan baik terhadap kaum Muslimin. Mereka justru memperbanyak pasukannya untuk melawan kaum Muslimin dalam perang Uhud. 

Dalam perang ini, kaum Muslimin lalai dalam menjaga posnya, mereka meninggalkan pos-pos diatas bukit demi rampasan perang, mereka mengira bahwa kemenangan sudah ada di tangan mereka. Melihat adanya peluang ini tentu saja kaum Quraisy langsung berbalik menguasai bukit yang ditinggalkan pasukan Muslimin tersebut. 

Rasulullah sebagai komandan perang dijadikan target utama oleh Quraisy. Rasulullah terluka di bagian kepala, muka, dan gigi depan. Meskipun begitu, beliau terus bertahan dalam melawan Quraisy, kaum Muslimin yang melihat semangat Rasulullah segera mengikutinya. Melihat kesemangatan kaum Muslimin yang seperti itu, Quraisy kewalahan dan memutuskan untuk menarik pasukannya dari medan perang.

Dari kedua kisah diatas dapat kita ambil nilai bahwa meskipun dalam keadaan genting dalam perang Badar, Rasulullah SAW. tetap menyuruh pengikutnya untuk menepati janjinya kepada musuh. Sedangkan dalam perang Uhud, beliau sebagai komandan perang harus tetap bertahan hingga titik darah penghabisan di medan perang. Kedua sifat inilah yang sekiranya dimiliki Rasulullah SAW. sebagai seorang pemimpin. (*)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun