Senangnya Belajar Ilmu Bumi

Hari Buku Nasional diperingati setiap tanggal 17 Mei. Dalam rangka memperingatinya, Kompasiana mengajak Kompasianer menumbuhkan semangat membaca sejak kecil kepada anak-anak Indonesia. 

Untuk itu, dalam kesempatan ini aku tertarik untuk mengisahkan kembali pengalaman pribadiku dengan mengenang masa kecil, tentang buku kesayanganku saat anak-anak.

Buku kesayanganku saat anak-anak tepatnya saat aku masih duduk di bangku sekolah dasar adalah buku pelajaran ilmu bumi dengan judul Bumi dan Kita. Aku menjalani masa sekolah di sekolah dasar di Kota Serang antara tahun 1970 sampai dengan tahun 1975.

Pelajaran Ilmu bumi adalah suatu pelajaran kumpulan cabang-cabang ilmu yang mempelajari bumi. Salah satu cabang ilmunya antara lain ilmu geografi. Objek formal geografi membahas tentang cara pandang manusia tentang segala material yang ada di bumi.

Cara pandang ini kemudian disertai dengan cara berpikir dan melakukan analisa terhadap material tersebut. Pendekatan yang digunakan untuk membuat suatu cara pandang tentang objek material yaitu melalui analisis. Salah satu analisis yang dapat diterapkan di dalam geografi ialah analisis kewilayahan.

Lokasi merupakan konsep tentang keberadaan suatu objek di bumi yang berkaitan dengan suatu tempat atau letak daerah. Konsep lokasi terbagi menjadi lokasi absolut dan lokasi relatif. Dalam kajian geografis, lokasi relatif lebih banyak digunakan dibandingkan lokasi absolut. Lokasi relatif digunakan untuk menentukan lokasi geografis.

Melalui pelajaran ilmu bumi ini kita dapat berpetualang mengenal lokasi negara-negara yang ada di muka bumi ini lengkap dengan lokasi ibukotanya masing-masing. Kita juga bisa mempelajari lebih mendalam tentang sebuah negara, sehingga kita bisa mengenal nama kepala negaranya, bendera yang digunakan dan masih banyak lagi.

Sakin senangnya sama pelajaran ilmu bumi, aku suka bikin ulah di kelas, memancing supaya guru marah. Guru jaman dulu kalau marah sama murid, hukumannya adalah mengajukan pertanyaan pada murid yang bikin ulah tersebut. Kalau tidak bisa menjawab pertanyaan, maka akan kena omelan lebih lanjut. Aku melakukan ini karena aku percaya diri sudah menguasai pelajaran ini.

Suatu ketika pada saat pelajaran ilmu bumi sedang membahas Afrika, aku sengaja ngobrol dengan teman-temanku supaya ditanya guru. Betul saja, guru itu marah, kemudian mengajukan pertanyaan "dimanakah ibu kota Madagaskar"? Dengan tenangnya aku pun menjawab "Antananarivo". Karena jawaban aku benar, maka guru itu pun menghentikan amarahnya dan melanjutkan mengajar.

Sampai saat ini pengetahuanku tentang nama negara, bendera negara dan letak geografis sebuah negara, masih melekat di ingatanku. Sebagian besar tidak terlalu banyak berubah. Memang sebagian kecil ada yang berubah, seperti pecahnya bekas negara terbesar Uni Soviet menjadi 15 negara merdeka dan berdaulat. Tetapi ada juga yang kebalikannya, seperti menyatunya dua negara merdeka dan berdaulat Jerman Barat dengan Jerman Timur menjadi Republik Federal Jerman.

Sebagian besar letak ibu kota sebuah negara juga tidak berubah, masih sama seperti yang pernah aku pelajari di sekolah dasar. Walaupun ada beberapa negara yang mengalami perpindahan ibu kota seperti negara Malaysia, dari Kuala Lumpur pindah ke Putrajaya pada tahun 1999. Tanzania, dari Dar es Salaam ke Dodoma pada tahun 2000. Indonesia sendiri sudah punya wacana untuk memindahkan ibu kota Indonesia dari Jakarta ke daerah lain.  

Demikianlah kisahku secara singkat tentang buku kesayanganku saat anak-anak yang manfaatnya masih terasa sampai saat ini. Semoga dapat memotivasi dan menumbuhkan semangat membaca anak-anak masa kini sejak kecil.