Mohon tunggu...
Rahmi zakaria
Rahmi zakaria Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Mahasiswa

seandainya ilmu didapat dengan cara berangan-angan niscaya tidak akan ada orang bodoh diduna ini

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sabar, Ikhlas, dan Tawakal

3 Desember 2019   16:42 Diperbarui: 3 Desember 2019   16:55 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ini adalah salah satu kisah temanku sebelum dia masuk ke pondok pesantren. setelah lulus smp dia bingung ingin melanjutkan sekolahnya dimana. Melalui beberapa teman dan saudara-saudaranya dia mulai menggali info tentang sekolah-sekolah terbaik dibanyuwangi ada yang menyarankan ke madrasah Aliyah negeri satu banyuwangi dan mondok di ponpes al Anwari ada juga yang menyarankan hanya sekolah di Aliyah saja tanpa mondok.  Dari beberapa pilihan itupun dia masih kebingungan, akhirnya dia meminta persetujuan dengan orang tuanya untuk memilihkan pilihan yang terbaik untuk dia.

Akhirnya orang tuanya pun memutuskan untuk memilih sekolah Aliyah dan mondok. Meskipun sudah diberi keputusan oleh orang tuanya, ia masih bingung pasalnya dia tidak pernah mengenal kehidupan di pondok pesantren. 

Pertama kali dia menolak karena tidak ingin masuk ke pondok pesantren karena beberapa hal yang ia bayangkan akan berjalan dengan susah oleh sebab itu dia tidak ingin hidup di pesantren. Setelah beberapa pertimbangan dan alasan dan juga dukungan dari teman dan saudaranya akhirnya di mau hidup di naungan pondok pesantren.

Hari pertama mondok. Hari itu terasa berbeda dengan hari lainnya dimana ia akan merasakan hidup dipesantren yang mana harus bisa hidup mandiri dan jauh dari orang tua. Hari itu ia tidak bisa membayang apa yang akan terjadi dengan dirinya selanjutnya, al hasil air matanya menetes dalam artian kesedihan karena akan berpisah dengan orang tuanya. Selama lima hari orang tuanya tidak kenal Lelah karena harus menemani anaknya yang masih tidk mau ditinggal untuk hidup dipesantren dengan teman-temannya.

Setelah beberapa hari berlangsung, alhamdulillah dia sudah mulai terbiasa hidup dipesantren bahkan dia tidakmau pulang kalua belum waktunya liburan. Bahkan dia juga sering menyinggung temannya yang sering bolak balik pulang kerumahnya. 

Setelah kejadian memilukan tersebut akhirnya dia mencoba dengan hal baru dengan membiasakan hidup dengan apa yang ada dipesantren tersebut, dengan rasa tawakkal, ikhlas dan sabar akhirnya setelah lulus dari Aliyah dia bisa diterima di institus agama islam negeri jember lewat jalur span-ptkin itulah berkat dari kesabaran dan keikhlasannya menempuh ilmu dipondok pesantren yang awalnya terpaksa menjadi suatu kebiasaan yang sangat bermanfaat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun