Tinggal di Jakarta dan berkuliah di Depok membuat saya dulu setiap hari harus jadi pelaju yang bolak-balik ke dua kota ini. Naik kereta rel listrik alias KRL adalah pilihan yang paling pas karena waktu tempuh yang lebih cepat ketimbang naik bus. Â Naik bus saat itu bisa menghabiskan waktu 1,5-2 jam, sementara KRL hanya butuh waktu sekitar 45 menit saja.
Walaupun sekarang ini intensitas menggunakan KRL mulai berkurang---tak lagi setiap hari---, namun moda transportasi ini tetap menjadi pilihan favorit saya.
Sebagai pengguna KRL sejak awal kuliah di tahun 1999, bisa dibilang saya adalah salah satu orang yang merasakan betul transformasi Kereta Rel Listrik (KRL) Commuter Line, yang dulu bernama KRL Jabodetabek.Â
Dulu, fasilitas di dalam KRL Jabodetabek amatlah minim. Ini yang membuat kereta menjadi tidak nyaman. Tidak ada kipas angin, apalagi pendingin udara alias AC. Satu-satunya tempat masuk udara hanya dari jendela ataupun pintu yang memang tak pernah bisa tertutup. Bayangkan, di saat hujan yang membuat jendela dan pintu mau tak mau harus ditutup, saya sering merasa kehabisan nafas karena tak ada udara yang masuk.
Saat itu juga tak ada aturan yang tegas soal tiket. Penumpang yang tak punya tiket bisa naik kereta. Jumlah dan jadwal kereta KRL juga sering kali tak tepat. Alhasil, orang-orang mesti berjubel di dalam kereta dengan udara yang pengap. Â Bahkan, seperti di foto-foto yang banyak beredar di media sosial, penumpang banyak yang naik ke atap kereta demi mengejar waktu dan mendapatkan tempat.
Ya, naik KRL dulu itu sebuah perjuangan keras yang penuh keringat. Bahkan kami, para mahasiswi arsitektur UI, sering berkelakar seperti ini: "Naiknya udah cantik paripurna, turunnya keringetan juga".Â
Wajah KRL Sekarang Ini
Namun itu dulu. Sekarang ini saya merasakan hal yang jauuh berbeda. Kereta KRL Commuter Line bertransformasi menjadi jauh lebih baik. Selain jadwal kereta yang sangat tepat waktu, jumlah armada kereta pun bertambah. Hal ini membuat penumpang tak lagi berjubelan seperti dulu. Walaupun di saat-saat tertentu, di jam pergi dan pulang kerja misalnya, penumpang tetap padat ya tapi paling tidak, ada pendingin udara yang membuat penumpang tak terlalu merasa gerah.
Fasilitas stasiun pun bertambah baik. Sekarang, stasiun sudah dilengkapi dengan musala yang nyaman, kamar mandi yang dibersihkan secara rutin, papan penunjuk arah dan papan pengumuman jadwal kereta.
Sudah 100 Tahun BerdiriÂ
Ternyata, kereta favorit saya dan warga Jabodetabek ini punya sejarah yang cukup panjang. Sudah 100 tahun KRL hadir di Jabodetabek. Mengutip dari Wikipedia, KRL pertama kali hadir tahun 1925 untuk memperingati 50 tahun Staatsspoorwegen beroperasi di Pulau Jawa. Namun pada saat itu, KRL adalah berupa kereta tanpa penggerak yang ditarik oleh lokomotif listrik.