Mohon tunggu...
Rahmawati Taufik
Rahmawati Taufik Mohon Tunggu... Penulis - Dinas Pendidikan Kab. Dharmasraya

Hobi Menulis dan Membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Di Antara Dua Pilihan ( Part 1 )

21 November 2022   11:11 Diperbarui: 23 November 2022   08:19 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di Antara Dua Pilihan ( Part 1 )

Oleh : Rahmawati Taufik

Seminggu setelah berada di padang, Zikra pun pulang ke kampung karena pengumuman diterima atau tidaknya masih lama. Setelah di kampung Zikra bercerita kepada ayah dan ibunya tentang semua pengalamannya  selama di Padang. Dia diajak pamannya ke pantai, diajak jalan santai di pagi hari, dan yang lainnya. Zikra pun bercerita tentang Winda saudara sepupunya yang kurang bersahabat dengannya. Winda selalu bermuka masam kepada Zikra bahkan kadang-kadang berkata kasar kepada Zikra. Zikra selaku yang kecil banyak mengalah karena tidak mampu melawannya.

Mendengar cerita Zikra, ayah dan ibunya berberat hati mengizinkan Zikra bersekolah di Padang. Hal ini disampaikan oleh ayah Zikra, "ngak usah Zikra sekolah di Padang, bagusan di sini aja, disini dekat dengan ayah dan ibu." Dan berbagai hal dikatakan ayah kepada Zikra supaya Zikra membatalkan niatnya untuk bersekolah di Padang.

Hari berganti minggu, minggu pun berganti bulan, tibalah saatnya untuk melihat pengumuman diterima atau tidaknya pendaftaran di SMA. Zikra dan ayahnya pergi kesekolah tempat Zikra mendaftar di kota kabupaten tempat mereka tinggal. Alhamdulillah dengan senang dan penuh kegirangan Zikra diterima. Ayah pun meminta Zikra untuk segera mendaftar ulang di sekolah itu yang dijadwalkan minggu depan. sementara Zikra belum memberi jawaban atas permintaan ayah dan ibunya untuk tidak bersekolah di Padang. Namun karena waktu dan jarak yang jauh untuk ke Padang melihat hasil pengumuman pendaftarannya di Padang tidak tau informasinya. Ayah dan ibu pun tidak mau mengantar Zikra pergi ke Padang, sehingga Zikra dengan berberat hati menyerah dengan keadaan.

Tiga hari setelah pengumuman diterima atau tidaknya di SMA tempat Zikra  mendaftar, Zikra yang sedang asyik menonton televisi dikejutkan dengan suara motor yang menglason beberapa kali di depan rumahnya. Zikra pun segera keluar melihat siapa yang datang. Ternyata yang datang seorang bapak yang memakai motor bewarna orange, pakai jaket hitam dan helem juga bewarna orange, bapak itu sambil mengambil  sebuah amplop bewarna kuning kecoklatan berkata, "apa benar ini rumahnya Lailatul Zikra?." Lalu Zikra pun menjawab dengan penuh tanda tanya, "ia betul Pak, saya Lailatul Zikra, ada apa ya pak?." Sambil mengajukan sebuah amlop itu, bapak itu berkata, " ini ada surat buat Zikra dari salah satu SMA yang ada di Padang." Ternyata yang datang itu adalah tukang pos yang mengantar surat untuk Zikra tentang diterima atau tidaknya pendaftaran Zikra di SMA tersebut.

Tampa menunggu satu menitpun dan tampa menunggu ayah dan ibunya yang sedang ke ladang, surat itu langsung dibuka dan dibaca oleh Zikra. Alangkah bahagia dan senangnya hati Zikra membaca surat itu. Zikra diterima pada nomor urut tiga dari 11 orang yang diterima dari luar rayon dan luar daerah  yang ada di Sumatera Barat, sehingga tampa disadari air mata Zikra pun jatuh membasahi pipi karena terharu membaca surat itu.

Hati Zikra mulai goyah dan bimbang menentukan pilihan. Zikra pengen sekali sekolah di Padang namun ayah dan ibu Zikra sepertinya sangat keberatan akan hal itu. Zikra melamun dalam kesendirian, merenung strategi apa yang harus dia lakukan supaya ayah dan ibunya membolehkan Zikra bersekolah di kota Padang. Zikra menatap jam yang ada di dinding, waktu itu hari baru menunjukkan jam 14.30 Wib. Sungguh terlalu lama rasanya Zikra menunggu kedatangan ayah dan ibu yang biasanya pulang sekitar jam 17.00 Wib. Sambil menunggu ayah dan ibunya Zikra menyelesaikan pekerjaan rumah, seperti menyapu rumah, mencuci piring, mengangkat kain dari jemuran dan melipatnya, bahkan memasakpun Zikra lakukan. Semua masakan Zikra sudah tersusun rapi di meja makan menunggu kedatangan ayah dan ibunya.

Ayah dan ibu yang ditunggu Zikra pun datang. Zikra sengaja berdiam diri di kamar memberi kesempatan kepada ayah dan ibunya untuk melihat keadaan rumah yang sudah rapi, nasi beserta lauk pauk seadanya sudah terhidang di meja makan. Ayah dan ibu Zikra sangat senang melihat keadaan rumah yang sudah rapi tersebut, kain jemuran pun sudah tersusun rapi di lemari pakaian. Bahkan rencana  ibu yang tadinya mau memasak pulang dari ladang tak jadi dilakukan karena masakan sudah terhidang di meja makan. Capek ayah dan ibu pulang dari ladang seakan-akan hilang seketika menyaksikan itu semua.

Ibu menyamparin Zikra ke kamarnya, namun Zikra dilihat ibu sedang tidur. Karena hari sudah sore ibu pun membangunkan Zikra, "Zikra ayo bangun hari sudah sore." Kata ibu sambil menepuk-nepuk pantat Zikra yang berbaring membelakangi ibu. Zikra yang pura-pura tidur menoleh kearah ibu dan berkata, "ibu sudah pulang, Tadi Zikra lihat ada tahu dan ikan asin  di kulkas dan zikra memasaknya. Apa ayah dan ibu sudah makan?." Pertanyaan Zikra pada ibu. "Ayah dan ibu sih belum makan namun masakan Zikra sudah ibu cicipi. Ibu tidak menyangka masakan Zikra  seenak itu." Ibu memuji masakan Zikra. Zikra sangat senang mendengar  pujian ibu. Pada hal itu semua dilakukan Zikra untuk membujuk ayah dan ibu agar memperbolehkan Zikra sekolah di kota Padang.

Setelah shalat Magrib dan membaca Alquran, Zikra menghampiri ayah dan ibunya yang sedang menonton televisi...

Bersambung.... (dimana nantinya Zikra bersekolah? Dan bagaimana kisah unik Zikra waktu di SMA) Silahkan ikuti terus kisahnya..

Dharmasraya, 21 November 2022

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun