Mohon tunggu...
rahma tusyifa
rahma tusyifa Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

"Koperasi Kertas", Pendidikan Peduli Hutan dan Bumi melalui Green Entrepreneurship

15 Mei 2018   18:27 Diperbarui: 15 Mei 2018   19:42 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendahuluan

Indonesia berdasarkan fakta alamnya dijuluki sebagai negara yang kaya hutan dengan kelimpahan keanekaragaman hayatinya yang diakui dunia. Terdapat sekitar 25.000 spesies tumbuhan berbunga di hutan Indonesia. Jumlah tersebut melebihi di daerah-daerah tropika lainnya di dunia seperti Amerika  Selatan dan Afrika Barat (Zuhud, 2015). Akan tetapi akibat deforestasi hutan, Indonesia telah kehilangan sebagian besar kekayaan hayatinya. Deforestasi mengubah kondisi penutupan lahan dari hutan menjadi bukan hutan (perkebunan, pemukiman, kawasan industri, dan lain-lain).

Penyebab deforestasi secara langsung karena eksplorasi dan eksploitasi industri ekstraktif pada kawasan hutan, pembakaran hutan, dan konversi hutan alam. Deforestasi hutan terjadi karena adanya dorongan faktor yang kompleks. Pola konsumtif berlebihan pemanfaatan hasil hutan dan penurunan karakter peduli lingkungan bumi secara tidak langsung memberikan sumbangsih dalam deforestasi hutan. 

Urgensi Indonesia akibat deforestasi hutan telah mengancam kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan karena rusaknya ekosistem, tidak normalnya kondisi iklim, terganggunya siklus air, terjadinya bencana alam, dan hancurnya perekonomian karena kerugian yang ditimbulkan. Oleh karena itu sudah saatnya perlindungan terhadap deforestasi hutan bukan saja menjadi tanggungjawab pemerintah namun juga seluruh masyarakat memiliki peranan penting sebagai perpanjangan kaki tangan pemerintah.Untuk menciptakan kolaborasi yang sinergis tersebut, pemahaman karakter peduli hutan dan bumi terhadap masyarakat perlu ditanam sejak dini. Kondisi alam yang kritis saat ini hanya bisa diatasi dengan melakukan perubahan cara pandang dan perilaku manusia terhadap alam yang fundamental dan radikal (Keraf, 2002).

Pemahaman karakter peduli hutan dan bumi akan sangat efektif  apabila ditanamkan dan dikembangkan pada anak di lingkungan sekolah. Sekolah merupakan salah satu komponen utama yang strategis dalam kehidupan seorang anak, selain keluarga dan lingkungan sekitar mereka. Sekolah menjadi tempat bagi seorang anak distimulasi untuk belajar, menjadi tempat yang signifikan bagi anak dalam tahap perkembangannya dan merupakan sebuah lingkungan sosial yang berpengaruh bagi kehidupan mereka (Mulyana, 2009). Sehubungan dengan hal tersebut, guna mendukung terimplimentasinya penanaman karakter kepedulian sejak dini terhadap kelestarian sumberdaya alam hutan dan bumi, sebuah program ditawarkan oleh penulis yaitu Koperasi Kertas. Koperasi Kertas merupakan sebuah bimbingan pendidikan peduli hutan dan bumi melalui green entrepreneurship yang diterapkan di lingkungan sekolah. 

Koperasi Kertas memiliki luaran pertama sebagai pendistribusi dan pengolah daur ulang kertas bekas yang berasal dari para siswa sehingga menjadi suatu kreativitas yang bernilai ekonomi dengan diimbangi pembekalan nilai-nilai peduli hutan dan bumi agar terbentuk rasa menghargai, memiliki dan memelihara sumberdaya alam pada diri siswa.

Kondisi Hutan Indonesia

Food and Agriculture Organization (FAO) melalui buku laporan State of The World's Forests tahun 2007 menyatakan bahwa laju kerusakan hutan Indonesia telah mencapai 1,87 juta hektare dalam kurun waktu 2000-2005. Keadaan ini menempatkan Indonesia pada peringkat ke-2 dari sepuluh negara dengan laju kerusakan tertinggi dunia tahun 2005. Pada tahun 2011, FWI melalui laporan Potret Keadaan Hutan Indonesia periode 2000-2009 menjelaskan bahwa laju kerusakan hutan masih tergolong tinggi, yaitu sekitar 1,5 juta hektare dalam kurun waktu tahun 2000-2009. 

Matt Hansen dari University of Maryland, menyatakan bahwa Indonesia kehilangan tutupan hutan sebesar 15,8 juta hektare antara tahun 2000 dan 2012, peringkat kelima di belakang Rusia, Brasil, Amerika Serikat, dan Kanada dalam hal hilangnya hutan (Margona, 2014). Sampai dengan tahun 2013, FWI menemukan bahwa kecenderungan laju deforestasi masih tetap tinggi pada empat tahun terakhir (2009-2013). 

Analisis FWI berdasar pada interpretasi citra satelit landsat, menunjukkan bahwa Indonesia kehilangan hutan alam sebesar 4,5 juta hektare atau memiliki laju sekitar 1,13 juta hektare per tahun di dalam rentang waktu 4 tahun terakhir.

Upaya Pemerintah Dalam Menghentikan Deforestasi Hutan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun