"Cuihhh...!
Perempuan itu membuang ludahnya persis di depan kaki laki-laki itu. Ludah yang menggumpal itu kemudian membaur dengan air hujan yang tergenang dan membentuk busa-busa kecil.
"Kamu pengkhianat!" Bentak laki-laki itu. "Kamu mengabaikan perasaanku yang selalu tersenyum melihatmu dengan hati yang teriris, dan kamu pura-pura tak tahu, seolah tak terjadi apa-apa!"
"Apa urusanku dengan perasaan laki-laki, aku berhak menikmati hidupku dengan caraku sendiri." Suara perempuan itu begitu jelas, mengalahkan suara deras hujan yang mengguyur mereka.
Perempuan itu mendekati laki-laki itu dan merapatkan tubuhnya, dan mereka teronggok di tengah deras hujan yang mengguyur tubuh mereka, hanya sesekali terlihat karena kilatan cahaya petir.
Telah sebulan mereka lalui malam di tengah guyuran hujan. Hubungan yang beku.
Mereka bertemu dengan rasa dan sikap yang dingin, kemudian mencair dan diam, dan akhirnya kembali berpisah dengan kebekuan hati masing-masing.
Ada banyak rahasia yang tak terungkap, semuanya serba misteri.
Perempuan itu sangat menyukai hujan, dan laki-laki itu menyukai gelap.
Hujan ketika gelap yang akhirnya mempertemukan mereka.
Suatu siang mereka pernah bertemu, ketika terang dan banyak mata yang melihat. Mereka bertemu bagai tak saling mengenal, menata ucap dan sikap begitu rapi. Berbeda saat gelap dan hujan, mereka lebih menunjukkan sikap yang asli, tak takut untuk dinilai buruk, mereka lebih terbuka bahkan telanjang untuk membiarkan masing-masing mereka menilai kepribadian masing-masing.