Mohon tunggu...
Rahmatul Ummah As Saury
Rahmatul Ummah As Saury Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis dan Editor Lepas. Pemilik www.omah1001.com

Ingin menikmati kebebasan yang damai dan menyejukkan, keberagaman yang indah, mendamba komunitas yang tak melulu mencari kesalahan, tapi selalu bahu membahu untuk saling menunjuki kebenaran yang sejuk dan aman untuk berteduh semua orang.. Kata dan Ingatan saya sebagian ditulis di www.omah1001.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Intuisionisme Sebagai Sumber Pengetahuan

17 Oktober 2015   07:36 Diperbarui: 4 April 2017   16:55 3033
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

  1. Pendahuluan

Di dalam ilmu filsafat dikenal tiga obyek kajian filsafat. Pertama, ontologi. Ontologi adalah asas filsafat yang menegaskan “hakikat sesuatu dibalik sesuatu”. Kedua, epistemologi. Epistemologi diartikan kerangka berpikir (cara berpikir) untuk menelaah suatu objek. Ketiga, aksiologi. Aksiolologi diartikan pada nilai (value) atau kegunaan.

Ilmu filsafat memiliki aliran-aliran (mazhab) yang menjadi asumsi dasar sumber pengetahuan. Rasionalisme, empirisme, intuisionisme. Rasionalisme adalah aliran filsafat yang mengunggulkan akal (rasionalitas) manusia untuk menjustifikasi sebuah kebenaran. Aliran rasionalisme sudah diproklamirkan Socrates di zaman yunani kuno. Socrates memandang kejadian pada saat itu di Yunani mengalami krisis pemikiran, mengapa? Karena Socrates melihat gejolak sosial yang “tidak beres”, masyarakat Yunani menyembah dewa-dewa yang mereka buat sendiri. Melalui mitologi Dewa Zeus, Dewa Atlas, dll. yang bagi masyarakat itu adalah Tuhan. Socrates menilai, mana mungkin Tuhan diciptakan oleh mereka  sendiri dalam bentuk seni rupa (patung). Penyebaran ajaran rasionalisme oleh Socrates dianggap menyesatkan oleh otoritas raja Yunani. Akhirnya, Socrates dihukum minum racun hingga wafat.

Aliran kedua adalah empirisme. Empirisme adalah sebuah aliran dalam filsafat yang mengunggulkan pengamatan inderawi (common sense). Empirisme menolak anggapan bahwa manusia telah membawa fitrah pengetahuan dalam dirinya ketika dilahirkan. Empirisme lahir di Inggris dengan tiga eksponennya adalah David Hume, George Berkeley dan John Locke. Dua aliran tersebut, melahirkan aliran yang menjadi penengah, yaitu Kritisisme. Kritisisme mencoba menjembatani antara rasionalisme dan empirisme, bahwa kebenaran yang diperoleh dengan rasio tetap memerlukan empirisme.

Aliran Ketiga adalah aliran intuisionisme. Intuisionisme adalah suatu aliran filsafat yang menganggap adanya satu kemampuan tingkat tinggi yang dimiliki manusia, yaitu intuisi. Tokoh aliran ini diantaranya adalah Henri Bergson. Intuisionisme selalu berdebat dengan rasionalisme.

Ketiga aliran dalam ilmu filsafat tersebut. Menyebar secara sporadis dengan berbagai pisau analisis kehidupan. Agama, Ekonomi, Politik, Sosial, Budaya, dll. Penyebaran filsafat untuk mengalisis segala bentuk sendi kehidupan manusia. Perkembangan pemikiran multidisipliner ilmu pengetahuan, baik dari yang begitu besar hingga sekarang ini. Para filsuf dari zaman Yunani kuno, hingga zaman posmodernisme (zaman sekarang ini) merupakan perkembangan dari campur tangan filsafat. Mungkin tak banyak yang diketahui orang kalangan masyarakat bahwa filsafat memiliki karakteristik yang berbeda-beda.

Pada Makalah ini, kita akan membahas secara khusus aliran intuisionisme yang mengutamakan intuisi atau gerak hati atau bisikan hati untuk mendapatkan atau menemukan kebenaran.

  1. Intuisionisme Sebagai Sumber Pengetahuan

 

  1. Pengertian

Beberapa ahli bahasa mengatakan bahwa secara bahasa, intuisionisme (berasal dari bahasa Latin,  intuitio yang berarti pemandangan.[1] Sedangkan ahli yang lain mengatakan bahwa intuisionisme, berasal dari perkataan Inggris yaitu intuition yang bermakna gerak hati atau disebut hati nurani.[2]

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, intuisi diartikan dengan bisikan hati, gerak hati atau daya batin untuk mengerti atau mengetahui sesuatu tidak dengan berpikir atau belajar.[3] Perbedaannya dengan firasat atau feeling, kata intuisi lebih banyak digunakan untuk hal-hal yang bersifat metafisika atau di luar jangkauan rasio, biasanya dipakai untuk menyebut indera keenam. 

Jujun S. Sumantri menggambarkan intuisi pada, suatu masalah yang sedang kita pikirkan yang kemudian kita tunda karena menemui jalan buntu, tiba-tiba muncul di benak kita yang lengkap dengan jawabannya. Kita merasa yakin bahwa memang itulah jawaban yang kita cari namun kita tidak bisa menjelaskan bagaimana caranya kita sampai di sana.[4]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun