Mohon tunggu...
Rahmatul Ummah As Saury
Rahmatul Ummah As Saury Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis dan Editor Lepas. Pemilik www.omah1001.com

Ingin menikmati kebebasan yang damai dan menyejukkan, keberagaman yang indah, mendamba komunitas yang tak melulu mencari kesalahan, tapi selalu bahu membahu untuk saling menunjuki kebenaran yang sejuk dan aman untuk berteduh semua orang.. Kata dan Ingatan saya sebagian ditulis di www.omah1001.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menjadi Pemenang di Era Pandemi

22 Mei 2020   17:59 Diperbarui: 22 Mei 2020   17:57 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai satu kesatuan dari mara rantai kehidupan itulah diperlukan cara pikir dan cara tindak yang bijak dengan tidak saling menegasikan orang lain. Egoisme dan sikap hidup individualistik, selain merugikan orang lain akan berdampak pula pada kerugian diri sendiri.

Barangkali kita adalah bagian dari kelompok yang berkecukupan, mapan secara penghasilan dan tetap mendapat income meski harus bekerja di rumah. Namun, kemapanan yang menjamin tercukupinya segala kebutuhan tersebut tak lantas harus membuat abai dengan kehidupan orang lain, karena kita masih butuh beras dan kebutuhan pokok lainnya, butuh orang yang menjual dan mengantarnya hingga sampai ke rumah.

Bayangkan saja, bila kita berpikir egois dan individualistik. Saat kita disiplin untuk menjaga jarak, memakai masker, rajin cuci tangan dengan sabun atau handsanitizer dan tetap di rumah saja, di saat yang sama ada ribuan orang yang terdampak, pekerja di sektor informal yang tetap harus bertaruh hidup mencari makan di tengah virus yang merajalela, dan mereka menjadi bagian dari yang terlibat dalam menyuplai stok makanan kita?

Apa yang kira-kira terjadi, ketika mereka bekerja tak sesuai protokol kesehatan, tak menggunakan masker, tak mencuci tangan, tak disiplin menjaga jarak dan terus berkeliaran tak memperhatikan zona? Terlebih saat mereka berputus asa karena berhadapan dengan dilema, antara terpapar virus corona dan jerit anggota keluarga yang kelaparan?

Menjadi tak peduli dengan kehidupan orang lain di era pandemi ini menjadi langkah yang tak bijak. Virus corona ini justru mendorong menyadarkan kita bahwa untuk memutus mata rantai penyebaran virus ini bukan dengan jalan pembatasan sosial yang memutus hubungan sosial, tetapi adalah dengan cara tetap gotong-royong dan bekerja sama, berperan sesuai posisi dan porsi masing- masing.

Secara garis besar, dalam kesunyatan di rumah saja, saya mencatat tiga hal yang bisa kita lakukan untuk memenangkan krisis akibat pandemi ini, yakni: berhemat, berbagi dan kerja kreatif sebagai bentuk perilaku cerdas di era ketidakpastian ini.

Hemat: Bijak Bergaya dengan Mengurangi Belanja

Membeli barang atau makanan secara berlebihan bukan hanya perilaku boros yang bisa menguras isi kantong, melainkan juga menjadi gaya hidup yang tidak sehat. Membeli barang dalam jumlah banyak berkontribusi besar terhadap kerusakan lingkungan terlebih ketika barang-barang tersebut tidak termanfaatkan secara maksimal.

Selain itu, memborong makanan seperti cemilan atau makanan kecil lainnya, berpotensi menambah bobot badan di saat tubuh justru lebih banyak rebahan di rumah.

Di masa pandemi Covid-19 ini, kita setidaknya bisa belajar untuk mengendalikan kebiasaan tersebut dengan berusaha membuat daftar belanja yang benar-benar menjadi kebutuhan. Terlebih, saat kebijakan #dirumahaja tidak terlalu menuntut kita untuk 'banyak bergaya'.

Membeli kebutuhan yang benar-benar diperlukan. Berdiam diri di rumah menjadikan pemasukan lebih sedikit dan tentu menuntut kita untuk memperketat pengeluaran. Maka, kebutuhan terhadap fashion harus bisa ditekan, seperti membeli baju baru saat lebaran, hang out bersama teman-teman dan hal-hal sejenis lainnya. Menabunglah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun