Mohon tunggu...
Rahmatul Ummah As Saury
Rahmatul Ummah As Saury Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis dan Editor Lepas. Pemilik www.omah1001.com

Ingin menikmati kebebasan yang damai dan menyejukkan, keberagaman yang indah, mendamba komunitas yang tak melulu mencari kesalahan, tapi selalu bahu membahu untuk saling menunjuki kebenaran yang sejuk dan aman untuk berteduh semua orang.. Kata dan Ingatan saya sebagian ditulis di www.omah1001.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Titip Rindu untuk Lelaki Laut

16 Oktober 2019   02:19 Diperbarui: 16 Oktober 2019   22:17 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: nusantaranews.co

Aku tak percaya.

Anehnya, meski aku tak percaya aku diam-diam memupuk rasa kagum dan sayangku. Dan, aku berharap kamu benar-benar menyukaiku. 

"Aku tak bisa menjelaskan mengapa aku suka, mungkin karena nama, mungkin pula karena wajah, atau mungkin karena semuanya!" katamu di satu sore, pada saat kita terjebak gerimis hingga tak bisa pulang.

Aku sebenarnya tak peduli gerimis. Aku tak pulang, karena aku terjebak dalam perasaan tak ingin buru-buru berpisah. Dan, gerimis hadir menjadi alasan.

"Cinta itu abstrak dan metafisik. Tak mungkin bisa dijelaskan, semakin dijelaskan semakin ia tak jelas! Cinta itu soal rasa, datang tiba-tiba tanpa bisa ditolak. Aku hanya tahu, ada ruang yang terisi dengan hadirmu, ada ruang yang kosong kala kamu menjauh, ada rindu." Panjang lebar engkau menjelaskan.

Sebenarnya aku tak peduli dengan penjelasanmu. Untuk mencintaimu aku tak butuh alasan, bahkan sebenarnya aku tak peduli apakah kamu cinta atau tidak. Mencintaimu adalah kemerdekaanku, soal rasaku. Aku bebas untuk mencintaimu sebagaimana kamu bebas untuk tidak mencintaiku. 

"Kok diam?" kamu tiba-tiba mengejutkanku.

"Aku sedang menyimak dan menunggu engkau meneruskan penjelasanmu." aku berusaha bersikap biasa.

"'Kan, sudah kukatakan tak ada yang perlu aku jelaskan soal itu." 

Aku terdiam.

"Begini saja, lupakan soal itu. Jika kamu terganggu, aku minta maaf. Biarkan saja aku suka, tanpa harus kamu balas menyukaiku. Anggaplah serupa barat dan timur yang ditakdirkan berpasangan, tetapi tak pernah bertemu, seperti siang dan malam yang tak pernah menyatu."Lanjutmu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun