Mohon tunggu...
Rahmatul Ummah As Saury
Rahmatul Ummah As Saury Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis dan Editor Lepas. Pemilik www.omah1001.com

Ingin menikmati kebebasan yang damai dan menyejukkan, keberagaman yang indah, mendamba komunitas yang tak melulu mencari kesalahan, tapi selalu bahu membahu untuk saling menunjuki kebenaran yang sejuk dan aman untuk berteduh semua orang.. Kata dan Ingatan saya sebagian ditulis di www.omah1001.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perempuan yang Hilang Bersama Senja

23 November 2017   05:27 Diperbarui: 23 November 2017   05:49 731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kehadiran Gadis itu begitu misterius. Ia tiba-tiba muncul di bibir pantai. Duduk mematung, memandang ke laut lepas dengan tatapan kosong. Tak satupun yang paham darimana ia berasal dan di mana ia menetap. Ia akan muncul ketika matahari tinggal sepenggalah, menatap ke ufuk Barat hingga matahari merayap lenyap ditelan gelap.

Tak ada juga yang berusaha untuk menanyakan dan mencari informasi tentang dirinya.

***

Sejak dua pekan yang lalu, kehadiran gadis tersebut menjadi pemandangan tak biasa di pinggir pantai tempatku bermain kala kecil dulu. Di bawah pohon ketapang yang sebagian batangnya menjorok ke laut, gadis dengan kerudung yang diselempangkan di lehernya itu memilih duduk berjam-jam hingga matahari benar-benar menghilang di balik laut.

Gadis itu baru di pulau ini, tak ada perempuan yang memiliki kebiasaan menghabiskan waktunya hingga magrib di pantai. Para perempuan pulau, ketika matahari mulai condong ke barat pasti telah menyibukkan diri di dapur, menyiapkan makan malam. Tak satu pun dari mereka terbiasa menghabiskan waktu tanpa bekerja membantu orang tua, kecuali anak-anak kecil yang bermain hingga terdengar pembacaan ayat-ayat al Qur'an dari pengeras suara di beberapa surat dekat pantai.

Aku bertanya pada setiap orang yang rumahnya paling dekat dengan pantai tempat gadis itu, namun tak satupun yang tahu. Orang pulau juga memilih tak mengusiknya, para pemuda juga tak ada yang berani menegurnya, meski untuk sekadar bertanya nama. Begitulah kebiasaan anak-anak muda di pulauku, tak memiliki kepercayaan diri untuk mendekati para gadis apalagi gadis tersebut baru. Itulah sebab, rata-rata orang-orang di pulau ini menikah karena dijodohkan orang tua.

"Namanya Masithoh," akhirnya aku mendapatkan jawaban dari Bueng.

Bueng adalah pemuda yang setiap pagi dan sore pergi ke pantai untuk memastikan perahunya tak dipenuhi air, perahu yang talinya ditambatkan tepat di salah satu akar pohon ketapang, tempat gadis itu duduk menikmati senja di tepi pantai. Bueng memang berbeda dengan para pemuda pulau lainnya, ia tak seperti kebanyakan pemuda yang tak peduli dan tak memiliki keberanian mendekati perempuan.

Bueng tidak. Ia adalah pemuda cuek, sangat cuek malah, termasuk cuek untuk mengurusi penampilannya. Untuk itu Bueng menjadi satu-satunya pemuda yang sanggup mengajak gadis aneh itu bicara, hanya bertanya nama. Tak lebih!

"Aku juga tak paham siapa nama lengkap dan asal muasalnya, tanya saja sendiri." Bueng menjawab seperti tak minat melanjutkan pembicaraan  tentang gadis itu.

Aku sendiri hanya mampu memperhatikan kebiasaan gadis yang betah berjam-jam di pantai, tanpa bicara dan tanpa aktivitas apapun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun