Mohon tunggu...
Rahmat Aulia
Rahmat Aulia Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Aceh || Santri Dayah || Freelance Writer ||

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sekelumit Kisah Nyak Sandang dan Pentingnya Persiapan Haji Sedini Mungkin

1 Januari 2019   22:56 Diperbarui: 1 Januari 2019   23:17 678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah Nyak Sandang sempat viral di jagat tanah air, khususnya Aceh. namun siapa sangka, dibalik hingar bingar berita tentang beliau, ada satu impian beliau yang belum terwujud hingga detik ini.

Awal mula perkenalan saya dengan Nyak Sandang adalah ketika Pak Adi, mengabarkan kepada kami bahwa di kampungnya terdapat satu orang dhuafa yang dulunya adalah penyumbang pesawat pertama Indonesia.

Dua hari setelah itu, tepatnya Rabu (28/02/2018) saya bersama dengan Laila dan Ulfah langsung menuju ke kediaman Nyak Sandang di Lamno, Aceh Jaya dengan jarak 2,5 jam dari Banda Aceh.

Begitu tiba, kami disambut hangat oleh Nyak Sandang yang pada waktu itu sedang santai bersama isterinya di depan rumah.

Setelah ngobrol singkat, saya pun mewawancarai beliau terkait kisahnya menjadi pemodal awal pesawat pertama Indonesia (cikal bakal Garuda Indonesia).

Setelah semuanya selesai, saya kembali ke kantor. Esoknya saya mulai merangkai kata. Satu per satu hingga menjadi untaian kata yang mengisahkan tentang perjalanan Nyak Sandang dalam menyumbangkan harta untuk pembelian pesawat pertama Indonesia. Di akhir tulisan, tak lupa saya selipkan harapan Nyak Sandang di usia senjanya.

Saya masih mengingat dengan jelas ketika saya tanyakan, apa harapan beliau kepada pemerintah Indonesia. Dengan tulus, beliau menjawab tidak mengharapkan apa-apa. Sumbangsih beliau untuk Indonesia karena rasa cintanya yang amat besar kepada negeri ini.

Jujur, nurani saya tersentak. Saya terharu dengan ketulusan beliau kepada Indonesia.

Tapi keinginan saya mengabarkan kepada public terkait harapan beliau masih membara. Lalu saya tanyakan lagi, apa harapan beliau di usia senja yang kurang dari 10 tahun lagi genap satu abad. Beliau tersenyum. Dengan terbata menjawab. "saya ingin melaksanakan haji dan berharap bisa menutup usia di sana."

Ketika mendapati harapan beliau ini, kami lalu mencoba cari solusi. Gimana caranya bisa memberangkatkan beliau ke tanah suci. Kami pun coba galang dana via www.kitabisa.com. salah satu crowdfounding di Indonesia.  Dengan harapan beliau bisa berangkat haji plus, mengingat usia beliau yang sudah sangat sepuh tentu tidak mungkin lagi daftar haji biasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun