Mohon tunggu...
Rahmat Setiadi
Rahmat Setiadi Mohon Tunggu... Buruh - Karyawan swasta yang suka nulis dan nonton film

Saya suka baca-tulis dan nonton film.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Peradaban Emansipatif Dunia Industri

24 Desember 2022   06:26 Diperbarui: 24 Desember 2022   06:32 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Emansipation, salah satu judul film yang dibintangi oleh aktor Will Smith, seorang ayah dari istri dan anaknya yang berstatus budak. Singkat cerita perbudakan dihapuskan yang menjadi awal kaum kulit hitam merdeka, menentukan nasibnya sendiri dan turut membangun Amerika sederajat dengan kaum kulit putih, hingga menjadikan Amerika sebagai negara superior. Berbeda dengan istilah emansipasi wanita yang cenderung mengangkat  gender perempuan dalam pembangunan suatu negara dan perannya di kancah dunia.

 

Sejak tercetusnya emansipasi wanita, yang seharusnya membebaskan wanita, merdeka dari perbudakan malah menjerumuskannya pada perbudakan yang baru. Ya, seperti yang sekarang terjadi, masyarakat kapitalis menjadikan wanita sebagai komoditas yang diperjualbelikan. Mereka dijadikan tenaga kerja murah dan di eksploitasi.

 

Banyak jenis industri memanfaatkan wanita sebagai "Pendidik consumer" yang memberi kesan glamour-sensual dan fisikal, yang terdidik untuk melepas segala ikatan normatif kecuali untuk kepentingan industri. Mereka dipajang, mendampingi produk untuk menarik selera konsumen. Mereka dipekerjakan dikumpulkan dengan dalih produktifitas,  dibentengi peradaban emansipatif dunia industri.

Rupa wajah dan bentuk tubuh serta potensi diseleksi, yang terpilih mendapat posisi ekploitasi fisik. Yang tersisih dieksploitasi tenaganya. Mereka diarahkan pada persaingan fisikly.  Yang tak sedap secara inderawi mesti menerima peran emansipasinya sebagai pekerja keras, selebihnya dianggap pekerja "cerdas". Dan mereka semua diberi aplaus oleh para borjuis, dengan senyum tawa yang miris bagi wanita itu sendiri maupun dari orang lain yang melihatnya secara mendalam.

Ketika wanita mulai memberontak peran yang diberikan masyarakat kapitalis, segera mereka dituduh idiot, kolot, kampungan dan tradisional. Mereka yang  menolak industrialisasi wanita akan dicibir telah mengorbankan kewanitaannya dibilang; terjajah pria, terjebak agama ataupun tertindas dan belum merdeka.

 

Kehadiran wanita dipasaran kerja, perlombaan karir telah mengacaukan peran wanita ( role confusion ). Citra wanita yang menjadi rujukan (frame of reference) jadi simpangsiur. Ibunya mengajarkan untuk mendampingi suami dan mengasuh anak malah menjadikan ekonomi sebagai alasan hingga lebih memilih mendampingi lelaki yang bukan keluarganya.

Anaknya yang mengharap/meminta kehadirannya malah tergantikan oleh pembantu, yang tidak jarang justru ibu/neneknya yang jadi pembantu. Lagi-lagi alasan ekonomi dan karir. Menggandrungi emansipasi wanita bersamaan dengan itu merendahkan wanita lainnya berdalih menggantikan dirinya, dengan sisi lain tidak ingin disamakan, emansipasi yang dipahaminya tetap tidak menerima kesetaraan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun