Mohon tunggu...
Rahmat Setiadi
Rahmat Setiadi Mohon Tunggu... Buruh - Karyawan swasta yang suka nulis dan nonton film

Saya suka baca-tulis dan nonton film.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kita Lupa Awal Berpikir

20 Desember 2022   13:09 Diperbarui: 20 Desember 2022   13:18 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat menjadi begitu menarik diangkat menjadi rujukan utama penyelesaian di banyak masalah kehidupan. Seringkali kita dibuntukan oleh perspektif keilmuan agama dan ilmu pengetahuan umum yang sarat dengan muatan kepentingan. Dan filsafat awal masih menjadi acuan penting dari panjangnya perkembangan filsafat selanjutnya.

Kemampuan bersuara pada manusia meningkat menjadi kemampuan berbahasa dan berkomunikasi. Kemampuan berkomunikasi dengan bahasa ini terjadi karena adanya kemampuan untuk menciptakan lambang, simbol; bunyi-bunyi yang melambangkan sesuatu dan sesuatu itu dapat makna, maksud, gagasan, konsep dan seterusnya. Atas dasar penciptaan lambang itu, manusia disebut sebagai animal symbolicum.  

Selain itu, kemampuan manusia untuk berpikir abstrak dan konseptual, dan kemampuan untuk mengembangkan pikirannya, menyebabkan manusia disebut homo sapiens, manusia pemikir, bernalar. Tiap manusia selalu ingin tahu, memiliki kehausan intelektual, yang menjelma dalam wujud aneka ragam pertanyaan. Berpikir diwujudkan dalam bertanya, menjadikan pertanyaan itulah pemicu munculnya berbagai hal yang sekarang disebut ilmu.  

Kita bisa dengan mudah memahami hal tersebut di atas dengan memperhatikan tumbuh kembang pada anak. Demikian diharapkan setiap pertanyaan anak dapat diberikan jawaban yang kelak menjadi ilmu, dan tentunya ilmu yang bermanfaat bagi anak juga lingkungan sekitarnya. Rasa ingin tahu dengan berbagai pertanyaan anak ajukan yang pada gilirannya akan tersebut Tuhan untuk menjelaskan hal-hal yang mudah diterima akal pada anak.

 Rasa ingin tahu terhadap alam ciptaan Tuhan terbatasi dengan adanya era  Rennaisance dan aufklaerung yang melahirkan istilah filsafat modern.  dipelopori oleh Copernicus (1473-1543), Bruno (1448-1600), Johannes Kepller (1571-1630), Galieli Galielo (1564-1642), Francis Bacon (1561-1626), Hugo de Groot (1582-1645), Thomas More (1580-1650). Pada zaman ini, filsafat mulai melepaskan diri dari agama.  

Lahirlah filsafat ilmu dengan berbagai antologi yang berusaha menjelaskan hakekat ilmu, misalnya Copernicus dengan astronominya, Versalius dengan anatomi dan biologi, Izaac Newton dengan matematika dan mekanika. Kemudian Epistemologi sebagai metode dan teori bermunculan, misalnya Auguste Comte dengan grand-theory yang mengajarkan cara berpikir manusia.

 Muncul pula metode observasi, eksperimen, dan komparasi yang dipelopori oleh Fransis Bacon (1561-1626). Perkembangan filsafat masa itu cukup pesat dengan lahirnya filsuf-filsuf yang cukup terkenal seperti Imanuel Kant (1724-1804), Jhon Locke, Descartes, Karl Poper, dan lain-lain. Aspek aksiologi pun mulai berkembang dengan pemikiran-pemikiran tentang nilai yang berkembang dari ilmu pengetahuan.

Di awal abad ke-20 lahirlah filsafat pascamodern yang masing-masing berkembang di Eropa dan Amerika. Periode ini filsafat Amerika mulai maju dengan pemikiran-pemikiran pragmatisme yang menyebabkan mereka selalu berusaha untuk lebih maju dari negara-negara, dari manusia lainnya. Hingga kini Amerika masih menjadi mercusuar tertinggi di dunia meski dengan cepat China menyusul.

 Istilah Amerikanisasi diperkenalkan oleh Samuel F Moffett tahun 1907 dan dipertegas oleh Ralph Willett yang menerangkan dominasi Amerika sebagai pusat ilmu pengetahuan dan budaya serta bidang kehidupan modern lainnya dengan istilah "rasionalisasi" ala Fordisme yang pada gilirannya tergantikan dengan istilah pasca-fordisme.

 Sejarah perkembangan filsafat memang lebih menyoroti tentang apa yang bisa dilihat dan bisa dibuat,  padahal di awal rujukannya sudah mengangkat perihal kejiwaan. Pada gilirannya perkembangan fisik kebendaan tidak berimbang dengan perkembangan psikis kejiwaan manusia hingga menimbulkan efek sindrom yang menyisakan banyak pertanyaan. Ternyata manusia sejauh perjalanannya masih kurang berpikir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun