Mohon tunggu...
Rahmat Setiadi
Rahmat Setiadi Mohon Tunggu... Buruh - Karyawan swasta yang suka nulis dan nonton film

Saya suka baca-tulis dan nonton film.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kebersamaan Maling Sandal

6 Desember 2022   13:34 Diperbarui: 6 Desember 2022   13:47 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun 2020 menjadi tahun yang diam, tak ada kegiatan di luar kerutinan dasar. Bagi pekerja pabrikan, bangun tidur, berangkat kerja, pulang, menghabiskan waktu bersama keluarga. Bagi pengangguran tidak berubah, seperti itu pula para seniman, mati.

"Petani masih bisa menikmati hasil tanamnya, nelayan masih bisa menikmati tangkapannya, peternak masih bisa menikmati peliharaannya. Tapi seniman, mati!". Begitu kata banyak temanku. Tidak ada seniman jalanan, tidak ada panggung, tidak ada bioskop, tak ada pameran-pameran.

 Pertengahan tahun 2021, saya bersama beberapa teman sudah tidak tahan. Di Bekasi saat itu perberlakuan PPKM level I, dengan nekat kami mengajukan permohonan kepada walikota Bekasi untuk mengadakan pagelaran seni teater bertajuk Drama turgi "Maling Sandal". Yang pada gilirannya bisa terlaksana dalam dua sesi, tanggal 19 Pebruari 2022 di hall basket Stadion Patriot Chandra Bhaga Kota Bekasi.

 Pagelaran seni terlaksana dengan meriah. Sesi pertama digelar siang, melibatkan sepenuhnya siswa-siswi beserta guru sekolah MAN 1 KOTA BEKASI dengan nama acara Extravaganza , dan sesi kedua malam harinya melibatkan tambahan talent yaitu artis nasional dan juga perwakilan pemerintah setempat. Dari Bekasi, saya bersama tiga teman bertolak ke Bogor.

 Bekerja sama dengan Yayasan Budaya Hangjuangbodas kami menyelenggarakan pentas seni teater Maling Sandal juga. Pagelaran berlangsung tanggal 27 Agustus 2022, bertempat di gedung Kemuning Gading, berjalan meriah dengan seluruh talent dari siswa-siswi MAN 1 KOTA BOGOR. Dengan konsep sama, sesi siang merupakan Extravaganza dan malamnya melibatkan pemerintah daerah setempat.

 " Maling Sandal " merupakan judul naskah drama yang tidak berbeda dengan naskah drama pada umumnya, begitu pula penyajiannya di atas panggung pentas. Yang membedakan dengan pentas drama lainnya adalah kami melibatkan para siswa-siswi sekolah dan pejabat daerah setempat untuk memainkan naskah drama. Kami menggandeng, menyatukan orang tua dengan anak-anaknya. Insyaallah Maling sendal berikutnya akan digelar di Bukittinggi Sumatera Barat, yang saat ini sedang diusahakan.

 Alhamdulillah PLT Walikota Bekasi BP Tri Adhiyanto Tjahyono, S.E,M.M menyetujui, dan Ibu Wiwik Hargono berkenan hadir di Maling Sandal -2. Begitu juga pada pagelaran di Bogor, Wakil Walikota Bogor BP Dedi A Rachim, M.A berkenan hadir di Maling Sandal-3. Dan insyallah, sudah dikonfirmasi  Walikota Bukittinggi H.  Erman Safar sudah menyetujui dan berkenan hadir di Maling Sandal berikutnya. Sebelumnya 7 Maret 2020, Maling Sandal pertama diadakan di Pekalongan Jawa Tengah, yang dihadiri BP Arslan Junaedi yang saat itu sebagai wakil walikota Pekalongan.

Tidak berhenti di sana, teman saya di Semarang Jawa Tengah menghubungi saya bahwa ia tertarik dengan konsep pagelaran seni teater yang kami tawarkan. Sinopsis dan naskah Maling Sandal sudah saya kirimkan beserta contoh proposal. Konsep dasar sudah dilakukan via telepon, dan pertemuan awal sekaligus acara temu grup literasi sudah terjadi. Insyaallah Maling Sandal selanjutnya di Semarang, lalu menyusul di Jember yang progresnya tertunda dikarenakan nara hubung sedang sakit saat tulisan ini dibuat.

 Tulisan ini tidak mewakili tim Maling Sandal, saya hanya berbagi cerita dan pengalaman saja. Kita perlu berinovasi dan terus bergerak bagaimana pun keadaannya. Lewat Maling Sandal ini saya merasakan sebuah perjalanan yang revolusioner. Kami memperkenalkan sekaligus melatih siswa-siswi dan siapa saja yang tidak pernah mengikuti teater, tahu akting tapi tidak pernah pentas, tahu bapak pimpinan daerahnya tapi tidak pernah sepanggung. Kami datang dan pergi dengan harapan berbekas di hati atas nama seni.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun