Mohon tunggu...
Rahmat Setiadi
Rahmat Setiadi Mohon Tunggu... Buruh - Karyawan swasta yang suka nulis dan nonton film

Saya suka baca-tulis dan nonton film.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Journey Kepahlawanan 2022

11 November 2022   08:26 Diperbarui: 11 November 2022   08:42 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo Dok Pribadi 

Pahlawan di masa hidupnya kerap menjalani tantangan hidup yang tidak bisa tidak membuat dirinya kelak layak dikenang. Dari mereka kita belajar, menduplikasi pemikiran dan tindakan yang bisa diterapkan di setiap zaman. Dari hal demikian itu berikut sepintas apa yang bisa saya sampaikan.

Dari rumah 9 November 2022 pukul 16.30 WIB kami berangkat, sampai Plumbon Cirebon pukul 21.25 istirahat lebih dari satu jam kemudian melanjutkan perjalanan ke Purwokerto. Untuk sebuah perjalanan, kali ini memang termasuk cukup lama. Hujan mengiringi sepanjang perjalanan dan sempat menemui banjir yang membuat kami harus menyusuri jalan alternatif di daerah Ketanggungan, Brebes. Pernah ditempuh delapan jam tapi kemarin lebih, hingga baru sekitar pukul tiga dini hari sampai di rumah Adikku.

 

Kami mengobrol hingga subuh, dan dilanjutkan kembali setelahnya sekalian sarapan. Sekira pukul delapan pagi kami langsung menuju pemakaman. Meski harus ditempuh perjalanan kurang lebih satu jam, tapi semangat dan pemandangan yang indah disekitar perjalanan melunturkan semua lelah.

 

10 November 2022 Purwokerto-Sampang Cilacap berlangit cerah.  Jalur Karang Tugel masih seperti dulu, menyajikan pemandangan perbukitan dengan aliran Sungai Serayu dan perlintasan rel kereta api . Sebuah perpaduan alam dan teknologi yang selalu memukau dalam ingatan kami.

 

Pemakaman keluarga kami menyatu di area pemakaman umum, namun pusara ayah, kakek, nenek dan sanak saudara sekandung terkumpul saling bersandingan. Semoga ini menyiratkan suatu hari nanti kami bisa dipersatukan kembali dalam kebahagiaan yang abadi.

Segala kenangan kebersamaan kembali hadir. Wajah-wajah bersahaja itu masih jelas dalam ingatanku. Tidak bisa aku pungkiri sosok kekek dan nenek serta ayahku lebih nyata dari semua kenangan yang terkubur di sana.

Mereka adalah pahlawan sesungguhnya bagi kami. Sekelumit kisah manis melintasi waktu dan ruang tak kala mereka masih bersama. Ekspresi, bahkan kata-katanya begitu nyata, mengundang senyum tersungging. Kala itu adalah saat yang bisa membangkitkan gairah hidup saat ini.

Nenekku lahir tahun 1931, dia anak pertama dari empat belas bersaudara. Wanita yang paling luar biasa yang telah melahirkan ibuku. Meninggal tahun 2017 tanpa kesulitan maupun menyulitkan di ujung usianya. Kehadiran beliau menegaskan bahwa benar "orang dulu" itu berumur panjang dan produktif, persis seperti makna kepahlawanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun