Mohon tunggu...
Rahmat Setiadi
Rahmat Setiadi Mohon Tunggu... Buruh - Karyawan swasta yang suka nulis dan nonton film

Saya suka baca-tulis dan nonton film.

Selanjutnya

Tutup

Indonesia Lestari

Benang Merah Kebakaran Masjid

23 Oktober 2022   14:18 Diperbarui: 23 Oktober 2022   15:37 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia Lestari. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Belum ada sepekan ini kita dikejutkan oleh kebakaran masjid. Pertama tanggal 19 Oktober sekitar pukul 15.00 WIB masjid Jakarta Islamic Center, tiga hari kemudian terjadi di masjid Universitas Ibnu Khaldun, Bogor. Kabar ini saya dapatkan pertama kali di salah satu grup di WhatsApp.

Entahlah, bukan sekali ini saya mendapati berita yang menghebohkan. Awalnya timbul tanda tanya, apa benar? Tak lama kemudian media  online lain ramai memberitakannya. Dan kebenaran itu tidak lagi diragukan.

Nah! Sebelum ramai, sudah ada tanggapan dari salah satu anggota grup tentang kebakaran masjid Nabawi, Madinah, di awal Ramadhan tahun 654 H. Kebakaran itu terjadi karena lampu minyak Abu Bakar Al Maraghi, marbot masjid, membakar kasurnya. Tertulis sumber dari buku karya Abdurrahman Al Baghdady, Peristiwa-peristiwa penting di bulan Ramadhan.

Ada lagi yang menanggapinya dengan latarbelakang berdirinya masjid-masjid itu. Menelisik hal-hal yang terkait seputar lingkungan, program, dan sejenis cocokologi lainnya.

Nampaknya aplikasi pesan sekarang ini lebih cepat menyampaikan segala sesuatu di luar sepengetahuan penikmatnya. Sebelumnya kabar berita paling pertama kita ketahui melalui media massa elektronik, televisi. Tiap stasiun televisi berlomba menjadi pihak pertama yang meliput, memberitahu khalayak umum atas suatu kejadian yang dianggap bisa menjadi perhatian masyarakat, pemirsanya. Mundur lagi ke belakang, radio, telepon, telegram, telegraf, merpati, surat kabar, kabar burung, sampai telepati, bahkan pencari jejak. Semua itu menjadi sumber penyebaran informasi. Terlebih sejak adanya video.

Gara-gara video, begitu sepertinya. Meski teknologi edit video sudah sedemikian maju dengan adanya CGI yang terus berkembang, tetap saja koneksi mata dan pikiran sedikit banyak masih bisa membedakan editan atau bukan. Berita viral, video viral, lebih dipilih menjadi sumber informasi yang bisa diterima kebenarannya. Lalu bagaimana kabar berita yang tidak dianggap bisa menjadi perhatian lebih banyak orang?

Masjid sebagai bangunan kalau boleh saya mengatakan, lebih banyak menciptakan orang-orang yang cerdas, dikarenakan ada bangunan-bangunan lain yang tampaknya sebagai tempat membuat orang-orang menjadi pintar. Istilah cendikiawan dan ilmuwan mempertegas hal itu. Mudah-mudahan saya salah, hingga, semoga, pintar dan cerdas adalah kesatuan, hasil dari sebuah bangunan tempat bersujud dengan segala pengertiannya.

Edisi kritis berpikir dan berpendapat kian santer. Maraknya ocehan, cuitan, dan obrolan tidak lagi bisa dibendung. Ini terjadi bukan lagi sepenuhnya peran negara tapi juga swasta, independensi menjadi acuan. Sementara dasar negara  mengatakan bahwa mencerdaskan kehidupan bangsa menjadi tanggung jawab negara. Bila kita bandingkan dengan kata pintar, membuat pintar, sepertinya akan menemukan dilema tersendiri.

Rancang bangunan telah lama dikenal oleh manusia, yang kala itu tidak diketahui secara umum rumus-rumus, tehnik, atau istilah intelek lainnya yang pada gilirannya disebut kepintaran. Dari sini bisa dibilang manusia-manusia cenderung terlahir dengan kecerdasan, sementara menjadi pintar tergantung pada lingkungan, fasilitas, dan gizi.

Apabila kita kaitkan kebakaran masjid besar di dua kota yang berdampingan ini dengan tanggapan salah satu anggota grup WA di atas, mungkin hanya menunggu hikmah apa yang akan datang.

Hari Santri Nasional mengiringi dua kebakaran ini di mana santri kini menjadi perpaduan masjid dan bangunan disekitarnya. Seperti halnya JIC dan UIKA yang merupakan tempat untuk mencerdaskan dan membuat pintar,  saya berharap benang merah yang jadi judul menjadi cocokologi yang baik. Terimakasih dan mohon maaf atas segala kekurangan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Indonesia Lestari Selengkapnya
Lihat Indonesia Lestari Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun