Mohon tunggu...
Rahmat Hadi
Rahmat Hadi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

@rahmathadi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Photo Essai : Mengapa Hati Selalu Merindukan Kota Suci Mekkah dan Medinah?

12 Januari 2016   12:49 Diperbarui: 13 Januari 2016   09:32 1916
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi siapa saja yang telah melakukan Ibadah Haji dan Umrah ke Tanah Suci Mekah dan Medinah pasti setuju bahwa kedua kota itu selalu menghadirkan rasa rindu untuk kembali. Setiap kali melihat foto atau tayangan acara TV tentang 2 Kota Suci itu, selalu terkenang perasaan saat berada di sana.

Baitullah dan Masjidil Haram memang memiliki pesona magnet yang tak terkalahkan khususnya bagi Umat Muslim. Keindahan dan pesona spiritual yang ditawarkan takkan pernah tertandingi. Setiap saat ribuan orang senantiasa bertawaf keliling Baitullah seraya melantunkan kalimat "Labbayk Allahumma Labbayk.." dan kalimat pujian-pujian lainnya. Saat itulah hubungan jiwa antara Mahluk dan Khalik-nya seperti uninterruptable. Fokus dan khusyu. Seperti itulah seyogyanya perasaan saat sedang beribadah menghadap-Nya. Apalagi Sang Khalik sudah menjanjikan pahala 100 ribu kali lipat saat beribadah di Masjidil Haram dibanding di masjid lain.

Bukan hanya Baitullah, Masjidil Haram turut pula menghadirkan pesona keindahan yang senantiasa mengundang rindu. Entah kenapa, tempat itu selalu 'sulit' untuk ditinggalkan. Ratusan, ribuan bahkan jutaan jemaah rela menghabiskan waktu seharian berada di dalam masjid. Hotel hanya tempat untuk mandi dan makan saja, selebihnya di Masjidil Haram. Jika tak mendapatkan tempat di dalam masjid, jemaah rela  'melantai' di pelataran masjid nan luas dan bersih tanpa perlu kuatir kepanasan. Seluruh lantai marmer yang terpasang di area Masjidil Haram bisa menyerap panas jadi terasa lebih sejuk kala diinjak.

Begitu pula dengan Kota Medinah, kota yang awalnya bernama Yastrib tempat Rasulullah Muhammad SAW berhijrah dari Mekkah. Masjid Nabawi dengan segala pesona keindahan dan kesejukannya sering menggelitik rasa rindu untuk kembali. Payung-payung indah nan cantik berbingkai panorama pagi dan senja yang memesona senantiasa terbayang. Interior masjid yang mewah dan anggun akan membuat siapapun lupa bahwa awalnya masjid yang dibangun Rasulullah Muhammad SAW bersama kaum Muhajirin dan Anshar itu hanya terbuat dari pelepah kurma. Beberapa bagian bahkan beratapkan langit. 

Seperti di Mekkah, jemaah pun betah berlama-lama di dalam Masjid Nabawi. Pesona Taman Surgawi Raudah selalu menjadi primadona bagi hampir seluruh jemaah. Kepingan taman surga yang berada antara mihrab/mimbar dan rumah Rasulullah SAW senantiasa di padati untuk menjadi tempat ibadah. Seperti Masjidil Haram, Masjid Nabawi juga menyisipkan rasa sejuk dan tenang saat beribadah di dalamnya. Rasa yang senantiasa ingin selalu dirasakan bagi siapa saja yang pernah merasakannya, lagi dan lagi.

"Wahai Sang Khalik nan Maha segala Maha, perkenankanlah seluruh Umat Rasulullah Muhammad SAW untuk dapat merasakan ketenangan bathin dan jiwa saat beribadah di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Perkenankanlah ya Allah ya Rabbi.. Aminnnn... "

Sumber : Semua foto koleksi pribadi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun