Mohon tunggu...
Rahmat Hadi
Rahmat Hadi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

@rahmathadi

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Nuansa Indonesia dan Petualangan di Kamar Tidur

7 Desember 2015   10:47 Diperbarui: 8 Desember 2015   07:35 919
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berawal dari foto yang aku posting di Facebook, salah seorang Kompasianer yang ada di dalam friend list mengirimkan whatsapp di tengah malam minggu kemarin. Isinya meminta aku menulis tentang interior kamar yang menurut pendapatnya kamar tidurku bertema etnik Indonesia. Bukan hanya itu, kehadiran sebuah papan panjat (wall) membuatnya terlihat unik. Awalnya aku agak bingung menulis tentang hal itu karena belum terbiasa menulis topik diluar tulisan mengenai traveling. Namun tak ada salahnya aku mencobanya sekalian berbagi cerita mengenai aktifitas yang aku lakukan saat sedang tidak ber-traveling.

Menata rumah atau kamar atau biasa pula di sebut Interior Design sebenarnya bukan keahlianku. Rumah atau kamar bagiku hanya merupakan sebuah tempat istirahat usai seharian beraktifitas di kantor. Bisa pula sebagai tempat ‘pulang’ usai melakukan sebuah perjalanan untuk mempersiapkan perjalanan berikutnya. Dengan dasar itulah maka rumah khususnya kamar tidur haruslah menjadi tempat yang senyaman mungkin karena memiliki peranan penting. Khususnya bagi tubuh untuk memulihkan kembali stamina.

Sebagai seorang yang gemar melakukan perjalanan, bagiku tempat tinggal ideal hanya memerlukan sebuah ruangan yang simpel. Rumah kecil berisikan perabot yang fungsional sudah lebih dari cukup. Hal itulah yang mendasari aku memilih tinggal di sebuah apartemen studio sederhana di bilangan Cibubur. Lokasinya tak jauh dari jalan tol Jagorawi.

Ruangan berukuran 8x3 meter ditambah balkon (teras), disitulah aku menghabiskan hari-hari usai pulang kantor dan saat tidak melakukan traveling. Dengan ruangan yang terbilang ‘pas-pasan’ itu adalah sebuah keuntungan karena tidak perlu repot membeli banyak perabot serta tidak susah merawat dan membersihkannya. Meskipun ruangannya terbatas, tidak berarti aku tidak memiliki ruang untuk berkreasi. Fungsional, simple dan nyaman, itulah 3 unsur penting yang menjadi standard utama dalam menata tempat tinggal. Fungsional artinya semua perabot yang ada karena dibutuhkan, simple berarti perabot itu tidak membutuhkan banyak ruang dan tempat, nyaman artinya penghuninya akan merasa betah dan senang setiap kali berada di ruangan itu.

Etnik, itulah style atau tema yang aku pilih untuk tempat tinggal. Hampir semua perabot yang ada terbuat dari kayu. Mulai dari tempat tidur yang hanya berupa kotak dengan laci di bagian bawah, meja panjang multifungsi sebagai rak TV dan meja tulis, nakas (meja kecil di samping tempat tidur), lemari,rak buku serta bingkai kaca lebar. Meskipun bahannya kayu, semuanya di buat se-simple mungkin. Penggunaan perabot dengan ukiran aku hindari karena selain terlihat sesak untuk ruangan kecil, juga agak ‘ribet’ membersihkannya.

Sebagai traveler, aku cukup banyak mengambil ide dari hotel-hotel yang biasa aku tempati menginap saat sedang traveling. Mulai dari hotel kelas backpacker atau melati hingga hotel berbintang. Tak jarang kamar hotel itu aku foto saat pertama kali check-in, sebelum aku buat berantakan dengan barang bawaan. Tujuannya agar aku bisa menjiplak penataan atau dekorasinya. Hotel-hotel di Jawa, mulai dari Bandung, Jogjakarta, Solo, Semarang hingga Surabaya adalah hotel-hotel favorit yang banyak aku ambil ide penataan interior maupun pernak-perniknya.

Sebut saja ide pembuatan headboard (papan sandaran dibelakang tempat tidur) aku jiplak dari sebuah kamar hotel di Solo. Sepulang ke Jakarta, aku lalu mengukur dan menggambar frame (bingkainya) dan membawanya ke tukang kayu untuk dibuatkan. Kain batiknya aku beli di sebuah toko batik di Pasar Klewer (waktu itu belum terbakar). Dengan sedikit berkreasi, jadilah sebuah headboard bermotif batik yang membuatku nyaman bersandar saat membuat tulisan sebelum tidur.

Nuansa Indonesia hadir pula lewat hamparan bed cover dan sprei bermotif batik. Bed cover adalah unsur utama dalam sebuah kamar tidur karena menjadi center point. Jogjakarta adalah tempat asal hampir semua bed cover yang aku miliki. Setiap kali mengunjungi Kota Gudeg itu, aku selalu menyempatkan diri mampir ke Pasar Beringharjo atau toko batik di depannya terlebih jika membawa kendaraan sendiri. Kalau menggunakan pesawat agak mikir karena bawanya agak ribet. Selain batik, bed cover bermotif mandala asal Nepal yang telah membuatku jatuh cinta pada pandangan pertama juga kerap menghias kamarku.  

Kegemaran berjalan ke beberapa tempat baik di Indonesia maupun beberapa tempat di luar Indonesia juga menjadi sebuah keuntungan tersendiri. Tak jarang aku menemui pernak-pernik yang begitu menggoda untuk dibawa pulang. Namun hal itu memerlukan pertimbangan dan pengorbanan karena barangnya agak berat serta menyita bagasi. Sebut saja bed cover asal Nepal yang aku sebut di atas. Meskipun langsung suka saat pertama kali melihatnya namun aku berusaha menahan diri untuk tidak membelinya mengingat barangnya cukup berat. Namun karena sangat suka akhirnya aku membelinya juga dengan konsekuensi harus membayar kelebihan bagasi. Hal yang sama juga aku alami saat melihat perca-perca kain yang dirangkai menjadi hiasan dinding di Kashmir dan sarung bantal bermotif Tibet yang dibuat oleh pengrajin di Himalaya. Konsekuensinya, bayar over bagasi! Tak apalah, dari pada terbawa mimpi...hehehe

Unsur petualangan aku masukkan dengan kehadiran sebuah papan panjat (wall). Diawali dengan kegemaran berlatih panjat dinding dan bouldering (panjat dinding tanpa alat pengaman), aku memanfaatkan salah satu sudut ruangan. Selama ini dinding itu hanya digunakan untuk memajang foto-foto petualangan. Pembuatan wall itu dibantu oleh rekan-rekan yang tergabung dalam Ragunan Climber Club (RCC), tempatku berlatih panjat dinding akhir-akhir ini. Papan dan frame-nya dibuat di tukang las dekat rumah dan point (pegangan di dinding) aku buat bersama rekan-rekan RCC usai pulang kantor. Jadilah sebuah papan panjat yang bisa digunakan untuk berlatih bouldering. Jadi meskipun tak berpetualang di akhir pekan, aku masih bisa ber-'petualang' di dalam kamar dengan berlatih merayap di dinding laksana cicak tanpa perlu kuatir akan hadirnya 'sang buaya'. hehehe…

Semoga tulisan ini bisa menjadi inspirasi buat kompasianer yang ingin membuat rumah atau kamarnya benar-benar menjadi sebuah ‘rumah’. Jangan pernah takut untuk berekspresi dan berkreasi. Manfaatkan waktu luang dengan sebaik-baiknya. Salah satunya menata ruangan tidur atau rumah agar menjadi home sweet home.  Anda tak perlu sebuah rumah besar untuk tinggal di sebuah ‘istana’, bukan?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun