Mohon tunggu...
Rahmat Hadi
Rahmat Hadi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

@rahmathadi

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kenangan Tersisa dari Gunung Kelud

11 September 2014   23:45 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:57 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_323377" align="aligncenter" width="640" caption="(Doc.Pribadi) Asap Gunung Kelud"][/caption]

Ini pengalaman saat aku menjadi sukarelawan saat meletusnya Gunung Kelud beberapa waktu  lalu. Semoga pengalaman ini bisa menjadi inspirasi bagi rekan-rekan lain dalam melakukan ‘aksi’ untuk aktifitas yang lainnya. Aku tidak ingin mengatakan bencana yang lainnya karena kita semua tentunya selalu berdoa agar negeri kita senantiasa terhindar dari segala bencana. Aminn…

Gunung Kelud Meletus! Begitu headline beberapa stasiun televisi swasta yangdijadikan breaking news di pertengahan Februari 2014 lalu saat aku terbangun di subuh hari. Yah, Gunung Kelud telah mengeluarkan segala isinya di tanggal 13 Februari 2014 tepatnya di kamis malam jam 22.50, setelah beberapa hari dinyatakan berstatus siaga. Detik-detik saat keluarnya pijaran lava panas berulang kali ditayangkan membuatku tak sanggup untuk melihatnya berlama-lama. Aku membayangkan situasi para pengungsi yang walaupun beberapa hari sebelumnya sudah di ungsikan.

Sepanjang perjalanan dari rumah ke kantor, aku selalu mengikuti berita yang disiarkan secara live maupun berupa reportase dari beberapa stasiun radio. Dari semua berita yang disampaikan  akhirnya tercetus sebuah ide di kepalaku untuk menggalang sebuah aksi kemanusiaan untuk membantu masyarakat yang bermukim di kaki gunung yang pastinya merasakan dampak akibat letusan gunung berketinggian 1731 mdpl itu.

Setiba di kantor, aku lalu mengirim email ke beberapa teman kantor khususnya yang tergabung dalam E2C, komunitas pegawai yang memiliki kepedulian dimana aku duduk sebagai ketua.  Ide untuk menggalang dana aku sampaikan di email berikut petikan dan link berita-berita pagi itu yang mengabarkan foto-foto kondisi terkini dari gunung kelud. Tentu saja belum banyak yang bisa dilihat mengingat Gunung Kelud baru saja meletus beberapa jam lalu. Aku juga menyampaikan bahwa aku akan membawa sendiri bantuan yang terkumpul untuk aku salurkan langsung ke penduduk di sana.

Dengan memprediksi bahwa  airport di Surabaya dan Malang pasti akan ditutup karena dampak letusan, aku segera booking ticket kereta. Aku memutuskan untuk berkunjung 2 minggu setelah hari itu dengan lagi-lagi berasumsi bahwa semoga dalam kurun waktu 2 minggu itu kondisi gunung kelud sudah bisa di kunjungi.  Pertimbangan lain, kami membutuhkan waktu setidaknya 2 minggu untuk mengumpulkan sumbangan dari seluruh pegawai. Rekan-rekan E2C  setuju dengan usulanku dan kami segera membuat design flyer yang akan diserahkan ke Divisi communication untuk disebarkan via email ke seluruh pegawai hari itu juga.

Di sisi lain, aku juga menyampaikan ide penggalangan dana bagi rekan-rekan komunitas Jalan Kaki di Facebook dimana aku adalah foundernya. Untuk menghindari kesalah pahaman dan buruk sangka, aku meminta nomer rekening tabungan dari seorang rekan JKers (sebutan untuk komunitas Jalan Kaki) untuk dijadikan tempat penampungan dana.  Semua dana yang kami terima itu akan kami pertanggung jawabkan secara terbuka dan transparan.

Hari demi hari berlalu, sumbangan semakin banyak berdatangan baik dari rekan-rekan kantor maupun rekan-rekan JKers. Bukan hanya sumbangan berupa uang tapi juga sumbangan berupa selimut, pakaian layak pakai, alat sholat dan alat sekolah.  Melalui pencarian di internet, aku bisa menghubungi Palang Merah Indonesia kabupaten Malang untuk berkoordinasi sekaligus mendapatkan informasi terkini mengenai kondisi terakhir dari Gunung Kelud.

Pengumpulan sumbangan di kantor dalam bentuk barang di tutup 3 hari sebelum keberangkatanku ke Malang. Pertimbangannya adalah barang-barang sumbangan itu akan dikirim melalui jasa cargo dan di antar ke tempat PMI Malang dimana aku akan mengawali perjalananku setelah turun dari kereta. Adapun sumbangan berupa uang tunai yang jumlahnya mencapai puluhan juta rupiah akan di transfer langsung ke rekening PMI untuk di distribusikan sesuai dengan kebutuhan mendesak untuk para pengungsi. Aku  juga berkooordinasi dengan mitra kerja ku di Malang untuk menyiapkan mobil yang akan menjemput di stasiun kereta dan mengantarku ke lokasi pengungsi. Adapun lokasi pengungsi akan ditentukan oleh pihak PMI setelah aku tiba walaupun berdasarkan informasi dan berita yang aku dapat, aku ingin mengunjungi Desa Ngantang, desa yang terkena dampak paling parah.

[caption id="attachment_323378" align="aligncenter" width="480" caption="(Doc.Pribadi) Stasiun Senen"]

14104279961669414542
14104279961669414542
[/caption]

Hari Jumat 28 February 2014, aku sudah berada di stasiun Pasar Senen untuk berangkat ke Malang.  Perjalanan akan membutuhkan waktu selama 16 jam perjalanan dengan menumpang KA Matarmaja. Sebuah perjalanan yang sangat lama dan pastinya akan melelahkan namun semuanya seperti tak aku rasakan mengingat aku ke sana demi berbagi dengan saudara-saudara yang saat itu sedang tertimpa musibah.

Sebagai seseorang yang lumayan sering berinteraksi dengan masyarakat di kaki gunung, moment ini aku jadikan sebagai bentuk kepedulian sekaligus berbagi rasa. Aku dan orang-orang lain yang memiliki hobby berpetualang ke pelosok negeri termasuk ke gunung, masyarakat di kaki gunung sudah seperti keluarga yang selalu menyambut kami para pendaki dengan senyum tulus baik di saat akan mendaki maupun saat-saat setelah kami turun dari gunung. Tak jarang kami membutuhkan bantuan mereka yang dengan dengan segala kerelaan dan keikhlasan membantu kami baik memberikan segelas air, penganan ataupun sekedar memberikan sebidang atap untuk berteduh atau melepaskan lelah.  Hal-hal seperti itu sudah lebih dari cukup untuk membuat kami tergerak saat mereka dalam kondisi seperti ini.

Perjalanan 16 jam di kereta berakhir saat aku tiba di stasiun Kota Baru kota Malang di sabtu pagi. Mobil yang akan mengantarku ke Ngantang dengan terlebih dahulu mampir ke Markas PMI untuk melakukan koordinasi dan serah terima sumbangan telah menunggu. Sumbangan barang yang dikirim via jasa kurir juga sudah berada di bagasi mobil untuk diserahkan ke PMI untuk di salurkan.  Setelah menikmati sarapan di dekat stasiun, kami segera berangkat menuju ke Markas PMI.

[caption id="attachment_323380" align="aligncenter" width="522" caption="(Doc.Pribadi) Kantor PMI Kab Malang"]

14104280691558003736
14104280691558003736
[/caption]

Setiba di Markas PMI, kami menyerahkan sumbangan disertai tanda terima dan tentunya foto-foto untuk pertanggung jawaban kepada para donatur lalu aku mendapat briefing dari salah seorang petugas  relawan PMI yang ada di kantor PMI saat itu. Aku juga menyampaikan keinginanku untuk mengunjungi  sekaligus menginap di posko Desa Ngantang karena tempat itulah yang paling parah merasakan dampak letusan dan itu disetujui. Dari 8 box sumbangan barang dari kantorku, aku membawa 1 box yang berisi perlengkapan shalat untuk aku serahkan langsung ke para  pengungsi.  Jam menunjukkan pukul 11 saat aku dan Arif yang menyetir mobil bergerak menuju ke Desa Ngantang dimana terdapat satu posko pengungsian.

[caption id="attachment_323382" align="aligncenter" width="640" caption="(Doc.Pribadi) Kondisi perkampungan di Kelud"]

14104281541597622827
14104281541597622827
[/caption]

Jam 2 siang, aku tiba di Posko pengungsian dan segera melapor ke petugas di salah satu tenda di Posko pengungsian. Aku bertemu pak Kusumo, Petugas PMI Malang. Beliau sangat senang dengan kehadiranku dan akan menugaskan salah satu staffnya, Pak Abidin, untuk mengantarku masuk ke dalam lokasi desa yang terkena dampak langsung. Saat di depan posko aku melihat beberapa motor terpakrkir dan salah satunya adalah motor trail, aku meminta izin pak Kusumo untuk mengunjungi lokasi dengan mengendarai trail dan beliau mengizinkan.  Jadilah aku masuk kelokasi pengungsian dengan mengendarai motor trail.

[caption id="attachment_323383" align="aligncenter" width="640" caption="(Doc.Pribadi) Mengelilingi Desa di Kaki G.Kelud"]

1410428198304048961
1410428198304048961
[/caption]

Awalnya aku harus melintasi sungai lahar dingin yang bermuara di bendungan Selorejo. Agak deg-degan juga mengendarai motor melintasi sungai lahar yang setiap saat bisa banjir namun itu tidak mengurungkan niatku. Beberapa kali kami berhenti di beberapa tempat Ibadah untuk menyerahkan sumbangan berupa peralatan shalat ke masyarakat yang ada di dalam masjid.  Sepanjang jalan aku menyaksikan pemandangan yang cukup membuat aku terharu.  Puluhan mungkin ratusan rumah yang rusak tertimpa abu vulkanik. Sebagian masih tinggal di tenda-tenda darurat untuk mengungsi sementara sambil menunggu rumah atau tempat tinggal mereka di perbaiki.

[caption id="attachment_323384" align="aligncenter" width="640" caption="(Doc.Pribadi) Distribusi Sembako di Kelud"]

14104282801805943075
14104282801805943075
[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun