Kemiskinan adalah masalah klasik yang dihadapi tiap negara dalam mewujudkan kesejahteraan yang adil dan merata bagi penduduknya, walaupun berdasarkan hasil survei Badan Pusat Statistik dari tahun 2012 sampai 2019 angka kemiskinan rakyat Indonesia secara persentase menurun yakni dari 11, 96 persen pada tahun 2012 menurun sampai tahun 2019 menjadi 9,22 persen dari jumlah penduduk, tetapi itu juga tidak menutup kenyataan bahwa kemiskinan itu terus ada bahkan di tahun 2020 ini diyakini jumlahnya meningkat karena penurunan aktivitas ekonomi , penurunan daya beli masyarakat karena kurangnya investasi karena dampak pandemi corona  yang memukul beberapa industri terutama industri pariwisata,perdagangan dan transportasi  walaupun disatu sisi ada juga beberapa sektor industri yang meningkat seperti industri pertanian, kesehatan, telekomunikasi, hiburan dan makanan justru meningkat permintaannya disaat pandemi corona
Jika kita baca angka persentase juga tidak bisa dilihat dari angka tapi juga besarannya jika penduduk miskin di tahun 2012 adalah 11,96 persen dari jumlah penduduk Indonesia yang 200.000.00 jiwa maka angkanya sebesar 23.920.0000 jiwa penduduk miskin dan jika secara persentase menurun menjadi 9,22 persen ditahun 2019, tapi boleh diingat 9,22 persen itu dari 280.000.000 juta jiwa penduduk tahun 2019 yang angkanya menjadi 25.816.000 jiwa dan jika dibandingkan justru jumlah penduduk miskinnya lebih besar ini ibarat kita bicara 5 persen dari 10.000.000 atau sejumlah  500.000 atau 2 persen dari 50.000.000 yang jadinya berjumlah 1000.000 yang jika dilihat dari persentase memang lebih kecil tapi dari nilainya justru lebih besar
Dan bicara kita tentang kemiskinan dapat kita lihat dari gambar lingkaran setan kemiskinan yang menggambarkan kenapa kemiskinan bisa terjadi dan bagaimana mengatasi masalah kemiskinan tersebut sebagaimana gambar berikut :
Jika pengetahuan seseorang rendah , informasi terbatas, maka produksinya akan rendah yang berakibat kinerja rendah dan pendapatan rendah jika pendapatan rendah seseorang juga kemungkinan memiliki tabungan rendah atau tidak punya dana cadangan atau uang lebih untuk investasi meningkatkan pendapatannya sekaligus rawan terkena jebatan hutang.
Hutang adalah salah satu instrumen yang menyebabkan kemiskinan apalagi jika tidak dibarengi kemampuan mengelola keuangan finansial yang baik maka orang bisa terjebak oleh jeratan hutang terus menerus , dan hutang yang baik tentunya yang disertai kemampuan membayar cicilan tanpa mengganggu kebutuhan hidup untuk hidup layak.
Bank dan Lembaga Pembiayaan juga sesungguhnya hanya untuk orang kaya dan mampu, karena bank tidak mungkin menyalurkan kredit ke nasabah atau debitur yang tidak memiliki jaminan atau agunan sekaligus kemampuan mengangsur pinjaman ditambah bunga sesuai dengan waktu yang ditentukan. Jadi orang miskin mustahil mendapat bantuan modal dari bank dan lembaga pembiayaan tanpa jaminan yang pasti.
Solusi untuk mengatasi kemiskinan sebenarnya cuma tiga yakni, negara harus hadir mengentaskan kemiskinan melalui program peningkatan pendidikan, pelayanan kesehatan yang baik dan gratis bagi masyarakat miskin , dan bantuan modal usaha tanpa bunga yang sebenarnya banyak dilakukan dibeberapa negara.
Program Pendidikan hendaknya harus merata agar orang miskin bisa bangkit melalui pengetahuan dan mendapat informasi akses yang luas untuk mengembangkan minat dan pengetahunannya, kemudian kesehatan juga penting karena biaya kesehatan tidak bisa diukur dan asuransi dengan membayar premi tentu masih cukup berat bagi si miskin untuk itu orang miskin harusnya digratiskan berobat dengan standar kesehatan yang layak kalau perlu dibangun rumah sakit khusus bagi yang tak mampu dengan jaminan ditanggung negara 100 persen untuk yang mampu biarlah membayar atau disubsidi dengan membayar iuran asuransi kesehatan.
Untuk modal usaha memang harus diberikan bagi yang ingin berjualan atau berwirausaha dengan pengawasan ketat dan kalau bisa produknya dibantu agar bisa dipasarkan, kalau perlu instansi pemerintah dan BUMN diwajibkan membeli produk dari UMKM yang dinilai berkualitas baik walau harga agak mahal tidak papa yang penting rakyat tertolong.
Walaupun kemiskinan mungkin akan tetap ada karena terkait mental, tapi jika berkurang dan mulai banyak yang sejahtera maka negara juga akan kuat dan sejahtera , karena negara hadir untuk mewujudkan kesejahteraan bagi rakyatnya.