Mohon tunggu...
RAHMAT GUNAWIJAYA
RAHMAT GUNAWIJAYA Mohon Tunggu... Administrasi - PENULIS Sejarah

Penulis sejarah yang pernah kerja di perbankan

Selanjutnya

Tutup

Financial

Pemikiran Bijak dari Orang Kampung

29 Mei 2019   09:13 Diperbarui: 29 Mei 2019   09:35 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: sinarharapan.com

Siang 28 Mei  2019, saat saya membayar pajak motor di Kantor SAMSAT setempat karena usia kendaraan yang sudah 5 tahun dan harus ganti plat sesuai aturan pemerintah sehingga tidak bisa bayar pajak langsung di Bank atau gerasi Samsat yang ada di Mall- Mall kebetulan hari sudah menunjukkan hampir jam 12 siang yang merupakan akhir jam pelayanan Kantor Samsat di Bulan Ramadhan ini.

Di sebelah saya duduk seorang Bapak yang juga sama-sama menunggu di depan konter pelayanan. Setelah berbasa basi Bapak tersebut bercerita bahwa ia berasal dari Kampung  Di Kecamatan Batu Ampar Kabupaten Kubu Raya Provinsi Kalimantan Barat yang jaraknya sekitar 3 jam perjalanan dari Pontianak, ia berkisah  tentang pajak motor yang akan dibayarnya ternyata milik anaknya.

Ia bercerita punya tiga motor, dua di rumah di kampung dan 1 di Pontianak yang dipakai anaknya , Cuma motor yang dibayar nya sekarang BPKB nya tidak dimiliki karena masih kredit dan jadi jaminan leasing. Padahal dua motor yang dibelinya dan ada di kampung semuanya dibeli secara cash atau tunai dan BPKBnya tersimpan rapi dirumah.

Menurutnya pajak motor yang ia urus milik anaknya yang merantau ke Pontianak setamat SMA untuk kuliah sambil bekerja dan membeli motor di Pontianak, padahal sebenarnya ia bisa membeli secara tunai. Tapi anaknya yang ndak sabaran saat menelepon memberitahu orang tuanya di kampung saat ingin membeli motor memilih untuk membeli secara kredit dengan alasan saat itu ada program tanpa DP dapat bawa motor Honda Scoopy baru seharga Rp.19.500.000 dengan angsuran 720.000 x 36 bulan atau totalnya menjadi Rp. 25.920.000  atau ada tambahan Rp.6.420.000 dengan mencicil  selama 36 bulan.

Bapak anak tersebut bercerita di kampung dia usaha berkebun kelapa, sahang dan kopi cukup lumayan menghidupi 3 anak dan istri. Yang saya salut Bapak itu berkisah sebenarnya dia mampu membeli motor secara tunai tetapi karena anaknya tidak sabaran memilih untuk membeli kredit padahal hitungannya lebih mahal dengan alasannya anaknya nanti yang membayar angsurannya dan sekarang anaknya kuliah sambil bekerja di Alfamart sehingga karena merasa sudah bisa mampu mencari uang sendiri maka anaknya memberanikan diri membeli motor secara kredit padahal orang tuanya yang berada di kampung masih mampu membelikan motor secara tunai.

Saya juga terpikir dan sudah jadi realita umum di zaman sekarang lebih mudah membeli barang secara kredit yang secara tunai padahal berpotensi menggerus pendapatan di masa akan datang karena penghasilan di masa depan yang belum tentu pasti harus membayar konsumsi barang di masa lalu yang nilainya cenderung turun.

Bapak dari kampung  itu berkisah soal kredit dia tidak pernah membeli barang konsumtif karena jatuhnya lebih mahal dan menguntungkan kapitalis katanya , kecuali untuk membeli rumah atau tanah, karena nilainya pasti naik dan tidak akan rugi walau harus mencicil jangka panjang lebih dari 10 tahun yang namanya tanah dan rumah pasti naik nilainya setiap tahun tidak seperti barang konsumtif seperti peralatan elektronik,hp dan kendaraan yang nilainya langsung turun begitu keluar dari toko dan dipakai. Malah barang sudah rusak hutang cicilan mungkin belum lunas katanya.

Benar-benar pemikiran bijak dari orang tua yang mungkin sering diremehkan dan tidak banyak dipikirkan generasi millieneal zaman sekarang yang serba ingin cepat mudah dan instan tanpa memikirkan dampak dan akibatnya di masa depan.

Istilah Buy Now Pay Later telah jadi jebakan kapitalis bagi generasi millineal jika mereka tidak mengelola uang dengan bijak akibat mudahnya berhutang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun