Mohon tunggu...
Rahmat fauzi
Rahmat fauzi Mohon Tunggu... Freelancer - Merupakan seorang mahasiswa dan freelancer

Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, jurusan Pendidikan Biologi dan seorang Freelancer sebagai seorang jurnalis, notulen, dan penjemputan ZIS di lembaga sosial

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Curhatan Seorang Tenaga Pendidik Sekolah Dasar di Kwatisore, Papua

17 Desember 2017   23:43 Diperbarui: 18 Desember 2017   00:12 1424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak-anak generasi masa depan penerus bangsa dari Kwatisore, Papua (Dokumentasi Pribadi)

Pendidikan merupakan jantung dari peningkatan sumber daya manusia di suatu negara. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi pendidikan adalah pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik. 

Sedangkan menurut Poerbakawatja dan Harahap dalam buku Muhibbin Syah mengenai Psikologi Pendidikan bahwa pendidikan adalah ... usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab moril dengan segala perbuatannya...orang dewasa itu adalah orang tua si anak atau orang tua yang atas dasar tugas dan kedudukannya mempunyai kewajiban untuk mendidik misalnya guru sekolah, pendeta atau kiai dalam lingkungan keagamaan, kepala-kepala asrama dan sebagainya.

[1] Dengan kata lain, pendidikan adalah upaya yang disengaja dilakukan oleh orang dewasa atau memiliki tanggung jawab dalam upaya merubah tingkah laku dan sikap yang dimiliki oleh peserta didik dalam mendewasakan dirinya.  Fokus dalam tulisan ini yakni pendidikan di ujung timur Indonesia, Papua.

Berbicara mengenai pendidikan, tentunya perlu ditanamkan sejak kecil akan pentingnya pendidikan, terutama pada anak usia dini. Salah satu contoh pendidikan yang terletak di Papua adalah pendidikan Sekolah Dasar(SD) YPK Imanuel Kwatisore. Sekolah tersebut terletak di kampung Kwatisore, Kabupaten Nabire. Disana terdapat kurang lebih 143 orang pelajar SD. 

Jumlah kelas yang tersedia pada sekolah tersebut adalah enam kelas. Menurut Ibu Maryam (Kepala sekolah SD YPK Imanuel Kwatisore, Nabire, Papua) Tingkat SD terdiri dari kelas I-VI dimana pada masing-masing tingkatan hanya terdapat satu kelas karena peserta didiknya tidak banyak. 

Jumlah kehadiran siswa tiap harinya disekolah tidak dapat dipastikan, sekitar 70 peserta didik yang aktif sekolah tiap harinya. Sedangkan siswa yang tidak aktif, sebagian dibawa oleh orang tuanya menuju kota untuk membantu pekerjaan ataupun karena kesibukan lainnya. Mengenai jumlah guru yang tersedia disekolah ini yakni dua guru pegawai negeri dan empat guru honorer.

Jumlah guru tersebut ternyata tidak sebanding dengan kenyataan yang ada, guru yang sudah mendapat titel pegawai negeri nyatanya sangat jarang mengajar di sekolah ini, karena ditugaskan mendidik di kota dan beberapa guru honorer pun sama. Sehingga terkadang harus dididik hanya dua orang guru saja dan dibantu oleh kepala sekolah.

Kepala Sekolah dan Sekolah Dasar

Sekolah Dasar YPK Imanuel Kwatisore, Papua (Dokumentasi Pribadi)
Sekolah Dasar YPK Imanuel Kwatisore, Papua (Dokumentasi Pribadi)
Sekolah tersebut belum memiliki ruang kepala sekolah(kepsek), sehingga ruang kepsek masih meminjam ruangan dengan menggunakan ruang perpustakaan. Sehingga buku-buku perpustakaan pun harus dipindahkan dan peserta didik tidak dapat menikmati bacaan di ruangan perpustakaan sebagaimana mestinya. 

Sekolah dasar ini memiliki luas halaman dan bangunan sekolah sekitar 50 meter x 50 meter. Dimana cukup untuk menampung jumlah keseluruhan peserta didik saat ini. Terdapat tiang bendera yang berdiri tegak ditengah halaman sekolah untuk dapat melakukan upacara setiap hari Senin. Namun, upacara dalam satu bulan hanya bisa dilakukan dua kali dikarenakan jumlah guru yang hadir tidak lengkap.

Berdasarkan keadaan guru yang ada, maka mereka terbiasa belajar dari jam 07.30-12.00 untuk semua kelas dan diberlakukan setiap hari Senin-Sabtu. Menurut Ibu Rosalina Miseri (Alumni Jurusan Pendidikan di Universitas Cenderawasih) yang sudah mengajar 10 tahun menjadi guru honorer di kwatisore, umur 31 tahun menceritakan bahwa sarana dan prasarana sekolah dan tenaga pendidik sangatlah terbatas, karena hanya tersedia papan tulis, kapur dan spidol. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun