"Pria tidak bercerita"... sebuah lelucon yang sedang viral di media sosial. Sekilas terdengar lucu, tapi jika kita tengok data tentang bunuh diri dan gangguan mental, khususnya di kalangan pria, lelucon ini menyimpan kepedihan. Lebih banyak pria mengalami masalah psikologis yang serius, tapi memilih diam. Mengapa? Karena sejak kecil, mereka diajarkan untuk menahan, bukan mengungkapkan.
Bulan Juni sebagai Men's Mental Health Awareness Month adalah momen penting untuk mengubah narasi itu. Mari kita dorong gerakan baru: Pria Wajib Bercerita. Karena bercerita bukanlah kelemahan, tapi tanda keberanian dan langkah awal menuju kesehatan mental yang lebih baik.
Fakta tentang Kesehatan Mental Pria
Kondisi kesehatan mental pria di seluruh dunia memang mengkhawatirkan. Menurut WHO, hampir 800.000 orang meninggal karena bunuh diri setiap tahun dan lebih dari 75 persen di antaranya adalah pria. Di Indonesia, hasil Riset Kesehatan Dasar menunjukkan peningkatan gangguan mental emosional pada pria, terutama setelah pandemi.Â
Meski banyak yang mengalami depresi, kecemasan, bahkan trauma, kebanyakan dari mereka tidak mencari bantuan profesional. Alasannya klasik: takut dianggap lemah, atau malu dianggap "tidak laki-laki".Â
Inilah mengapa awareness tentang mental health di bulan Juni menjadi sangat penting agar kita mulai mengubah pola pikir bersama bahwa kesehatan mental pria adalah isu serius yang tidak boleh diabaikan.
Lahirnya Men's Mental Health Awareness Month
Bulan Juni ditetapkan sebagai Men's Mental Health Awareness Month sejak awal tahun 2000-an di Amerika Serikat. Inisiatif ini lahir dari keprihatinan terhadap minimnya perhatian terhadap kesehatan mental pria, baik dalam media, kebijakan, maupun kehidupan sehari-hari.Â
Tujuan utamanya adalah untuk membangun kesadaran, mengurangi stigma, dan mendorong para pria untuk lebih terbuka dalam membicarakan apa yang mereka rasakan.Â