Tidak sedikit mahasiswa baru yang memilih jurusan Psikologi bukan hanya karena minat akademis atau prospek karier, tapi juga karena alasan personal: mereka sedang dalam proses rawat jalan atas kondisi kesehatan mentalnya.Â
Mempelajari Psikologi S1 sering kali dipandang sebagai jalan untuk memahami dan sekaligus menyembuhkan luka batin yang belum selesai. Tapi, penting untuk dipahami bahwa proses ini tak semudah membalikkan tangan dan tidak selalu berakhir manis jika tidak disertai kesadaran dan pendampingan yang tepat.
Mahasiswa Psikologi dan Proses Sembuh yang Tidak Otomatis
Ada sisi positif dari belajar psikologi sambil menjalani rawat jalan. Seseorang bisa jadi lebih sadar, punya kosa kata baru untuk menggambarkan emosinya, dan mulai memahami dinamika pikiran serta perasaan. Namun, kuliah di Psikologi S1 tidak bisa menggantikan peran psikolog atau terapi profesional.Â
Materi yang dipelajari lebih banyak bersifat akademis dari teori kepribadian, psikopatologi, hingga statistika yang buat bulu kuduk merinding. Mata Kuliah tersebut tidak serta-merta membantu seseorang sembuh dari luka psikologisnya.
Justru banyak mahasiswa yang berharap "membaik" selama kuliah di jurusan ini, malah merasa makin kewalahan. Materi tentang trauma, kecemasan, atau gangguan kepribadian bisa memicu kembali luka lama yang belum selesai.Â
Belum lagi tuntutan untuk observasi atau wawancara klien yang sering terasa terlalu dekat dengan pengalaman pribadi.
Realita yang Perlu Disadari oleh Mahasiswa Baru Psikologi
Bagi mahasiswa baru yang sedang menjalani proses rawat jalan, penting untuk masuk ke jurusan ini dengan kesadaran penuh. Pertama, kuliah Psikologi bukanlah terapi. Kamu tetap membutuhkan dukungan dari profesional seperti psikolog atau psikiater untuk menangani luka psikologismu.Â
Kedua, proses akademik di jurusan ini menuntut kemampuan berpikir kritis dan stabilitas emosi yang cukup. Jika kamu masih berada dalam fase krisis atau belum stabil secara mental, bisa jadi perjalanan kuliah justru terasa berat.