Mohon tunggu...
Rahmad Alam
Rahmad Alam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa psikologi UST, suka menulis dan rebahan.

Seorang mahasiswa fakultas psikologi universitas sarjanawiyata tamansiswa yogyakarta yang punya prinsip bahwa pemikiran harus disebarkan kepada orang lain dan tidak boleh disimpan sendiri walaupun pemikiran itu goblok dan naif sekalipun.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Memahami Emosi Lewat Psikologi Behaviorisme

28 Januari 2023   15:01 Diperbarui: 28 Januari 2023   15:03 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber: pixabay.com

Tidak ada seorang manusia di bumi ini yang tidak memiliki emosi sama sekali. Bahkan orang yang datar atau sedingin kulkas seperti Wednesdey Adam pun pasti memiliki emosi, bahkan dengan melihat raut mukanya yang datar dan dingin bisa dikatakan dia beremosi. 

Kalau kita berbicara tentang emosi pasti merujuk kepada rasa marah walaupun marah hanya salah satu dari berbagai macam jenis emosi.


"Sabar, jangan Emosi dulu!", adalah kata yang sering kita dengar ketika melihat orang ingin marah-marah.


Kita tahu bahwa emosi merupakan sebuah perasaan yang ada dalam diri setiap orang. Emosi sudah pasti merupakan aspek psikis yang erat kaitannya dengan kondisi psikologis seseorang.

Salah satu mazhab psikologi yakni behaviorisme yang menekankan pada observasi perilaku menjelaskan bagaimana emosi tersebut bekerja dan menjadi perilaku.


Emosi Menurut Psikologi Behaviorisme


Buku berjudul Ilmu Pengetahuan dan Perilaku Manusia karya B.F. Skinner menjelaskan secara lengkap bagaimana mazhab behaviorisme memaknai emosi. 

Secara fiksional banyak orang beranggapan bahwa banyak penyebab disebabkan oleh emosi seperti lari karena takut atau memukul karena marah, namun masalahnya emosi tidak bekerja sesederhana itu.


Memakai teori James-Lange, Skinner beranggapan bahwa orang tidak merasakan penyebab emosi dari dalam namun hanya merasakan perilaku dari emosional itu sendiri.

 Jadi secara lebih jelasnya kita menangis bukan karena kita sedih atau muka memerah karena kita malu tapi sebaliknya, kita sedih karena kita menangis atau kita malu karena ada pertanda muka kita merah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun