Mohon tunggu...
Rahmad Alam
Rahmad Alam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa psikologi UST, suka menulis dan rebahan.

Seorang mahasiswa fakultas psikologi universitas sarjanawiyata tamansiswa yogyakarta yang punya prinsip bahwa pemikiran harus disebarkan kepada orang lain dan tidak boleh disimpan sendiri walaupun pemikiran itu goblok dan naif sekalipun.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sebuah Rasa dari Ilmu Pengetahuan

14 Januari 2023   19:21 Diperbarui: 14 Januari 2023   19:33 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber: pixabay.com 


Percayakah kita bahwa setiap sesuatu memiliki rasa? Bukan hanya manisnya permen atau asam getirnya jeruk tetapi beberapa rasa tidak hanya dirasakan oleh lidah namun juga oleh hati dan pikiran. 

Ada sebuah rasa yang berbeda dan kerap kali kita abaikan saat belajar maupun menempuh pendidikan, yaitu sebuah rasa akan ilmu pengetahuan.


Terdengar agak puitis dan sangat sastrawi memang, seolah-olah kumpulan rumus atau teori-teori di buku tebal kita dapat kita kecap dengan lidah dan memberikan rasa seperti "ah rumus pythagoras ini manis tapi agak kecut" atau "teori darwin ini terlalu asin tapi ada gurihnya". Tapi mari kita bahas dengan sedikit ilmiah mengenai "rasa" ini.


Sebuah Ektase Pengalaman Puncak


Abraham Maslow dalam bukunya berjudul Psikologi Tentang Pengalaman Religius memasukkan rasa akan tahu sebagai salah satu ciri dari pengalaman puncak religius. 

Rasa dimana seseorang mengerti dan paham lalu terjadi suatu kebahagiaan yang sulit dijelaskan. Rasa bahagia karena mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang ada di kepalanya.


Rasa ini walaupun termasuk ciri dalam pengalaman puncak religius namun bukan berarti sangat jarang terjadi pada setiap orang, setiap orang bahkan pasti mengalaminya namun tidak sadar atau bahkan mengabaikannya. 

Higher-meaning adalah nama istilah yang cocok bagi mereka yang telah mengerti akan suatu kebijaksanaan dari ilmu pengetahuan ini.


Rasa yang merupakan sebuah ekstase ini mirip dengan reaksi atas pemakaian obat-obatan terlarang atau orgasme dalam hubungan seksual namun hanya stimulus ini disebabkan oleh rasa karena tahu akan suatu hal dan bukan dari obat-obatan maupun kegiatan seks. 

Karena diambil dari kegiatan yang sulit dimana kita harus belajar dan mencari jawaban tertentu, maka hal ini lebih sehat dan membangun dari dua hal yang belakangan disebut tadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun