Mohon tunggu...
Rahmad Alam
Rahmad Alam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa psikologi UST, suka menulis dan rebahan.

Seorang mahasiswa fakultas psikologi universitas sarjanawiyata tamansiswa yogyakarta yang punya prinsip bahwa pemikiran harus disebarkan kepada orang lain dan tidak boleh disimpan sendiri walaupun pemikiran itu goblok dan naif sekalipun.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cukai Naik Tak Halangi Dorongan Psikologis Merokok

11 November 2022   15:10 Diperbarui: 11 November 2022   15:22 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber: pixabay.com 

Tarif cukai rokok tahun 2023 hingga tahun 2024 telah mengalami kenaikan sebesar 10 persen seperti dilansir dari Kompas.com pada kamis kemarin (10/11/2022). 

Sri Mulyani selaku Menteri Keuangan menjelaskan juga hal ini untuk menurunkan konsumsi perokok khususnya anak pada usia 10-18 tahun.


Namun sepertinya saya agak kurang setuju jika kenaikan cukai untuk menekan konsumsi para perokok. Saya bukan seorang perokok namun saya menganggap ada dorongan psikologis yang ada pada seseorang untuk merokok yang tidak dapat begitu saja dibatasi dengan kenaikan harga.


Saya akan mengulas sedikit mengenai dorongan psikologi pada seseorang yang merokok dan mengapa sangat sulit untuk membatasi para perokok dengan harga yang naik.


Merupakan Dorongan Infantil dari Fase Oral


Sebetulnya saya sudah pernah membahas tentang masalah perkembangan psikoseksual dari Sigmun Freud yang menyebabkan seseorang merokok pada artikel saya sebelumnya yang berjudul "Merokok Perilaku Bawaan Masa Kecil", namun mari kita ulas lagi perihal masalah kanak-kanak yang menyebabkan merokok ini.


Pada teori perkembangan psikoseksual terdapat fase oral yang terjadi dari usia 0-2 tahun dimana anak memiliki suatu area peredaan tegangan pada mulutnya. 

Jika bayi terlalu banyak diberikan makan atau terlalu sedikit membuat pada masa dewasanya dia akan menghasilkan suatu perilaku konsumsi yang didominasi melalui mulut.


Peredaan tegangan dari mulut saat dewasa bisa kita lihat dari konsumsi rokok dan juga mungkin minuman keras yang tentunya dinikmati lewat mulut. 

Jadi mungkin sedikit sulit jika kita melihat latarbelakang psikologis dari perokok ini jika solusi pembatasannya hanya penaikan bea cukai-nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun