Mohon tunggu...
Rahmad Alam
Rahmad Alam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa psikologi UST, suka menulis dan rebahan.

Seorang mahasiswa fakultas psikologi universitas sarjanawiyata tamansiswa yogyakarta yang punya prinsip bahwa pemikiran harus disebarkan kepada orang lain dan tidak boleh disimpan sendiri walaupun pemikiran itu goblok dan naif sekalipun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Mbah Sarip dan Udin Tak Sengaja Makan Kecubung

26 Juni 2022   22:18 Diperbarui: 26 Juni 2022   23:16 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber: pixabay.com 


Setelah dia lelah dan kehilangan motivasi akhirnya Udin kembali menonton banyak video Alex Kibil di warnet. Uang hasil asongannya yang tidak seberapa itu dibelanjakan untuk menyewa satu-dua jam komputer dan internet. 

Kali ini Alex Kibil mengatakan bahwa penghasilannya agar cepat kaya ini berasal dari yang namanya trading. Kata tersebut tidak dipahami oleh Udin namun membuat dia ingin mencoba hal tersebut.
****


Mbah Sarip yang sudah gagal panen itu akhirnya mengikuti anjuran Pak Ujang. Setiap senin malam ia bersama Pak Ujang ke desa sebelah untuk berdzikir bersama dengan Kiai Said. Dengan pakaian rapih seperti hendak jumatan, Mbah Sarip mengikuti semua acara yang diadakan di Padepokan Kiai Said itu.


Pada dasarnya sama seperti pengajian yang lainnya namun di sesi terakhir ada ceramah tentang sedekah dan pengembalian sampai tujuh kali lipat kepada si pensedekah setelah beberapa waktu yang telah ditentukan. 

Yang membuat Mbah Sarip takjub adalah ketika Haji Said sendiri yang memberikan pengembalian tujuh kali lipat ini disaksikan oleh para jamaah lainnya. Kiai Said menenteng koper kecil yang diberi asistennya dan mulai memberitahu para jamaahnya tentang uang yang ada didalam tas itu.


"Bapak Umar yang kemarin sedekah sebesar sepuluh juta akhirnya saat ini melalui saya, Gusti Allah telah memberikan ganjaran sebesar tujuh puluh juta! Takbir!", kata Kiai Said mengangkat koper kecil kepada jamaahnya.


Para jamaah pun bertakbir.


"monggo Pak Umar, dihitung sendiri ini uangnya pas atau tidak tujuh puluh juta?", kata Kiai Said kepada Pak Umar yang telah maju ke podium.


"pas kiai, semuanya tujuh puluh juta", kata Pak Umar yang telah menghitung uangnya.


"takbir!", kata Kiai Said kepada jamaah.


Para jamaah pun bertakbir.
****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun