"Sebelum saya memberitahu, sudikah Pak wakil mendengar suara rakyatmu ini yang sudah mati". Minta gadis itu.
  "Baiklah akan saya dengar baik-baik". Jawab Sartono.
  "Saya hanya ingin mengatakan bahwa Anda telah membunuh saya"
  "Bagaimana saya melakukan hal keji tersebut ". Bantah Sartono.
  "Tempat tinggal kami yang jauh dari pusat kota ini dahulunya tidak pernah mendapatkan bencana sedemikian rupa. Namun dikarenakan di atas tempat tinggal kami ini engkau boleh kan perizinan penambangan dan juga penebangan liar tidak pernah kau anggap serius masalah itu. Pada akhirnya pohon-pohon yang menjaga kami itu hilang. Pohon-pohon yang kami tanam sejak leluhur kami tinggal itu kamu rampas". Ujar gadis kecil itu.
  "Tapi saya tidak melakukan pembalakan hutan itu". Bantah Sartono.
  "memang tidak tuan namun dimanahkah perlindungan yang kau berikan sebagai wakil dari kami. Apakah kami yang tinggal jauh di dekat hutan ini bukan tanggung jawabmu?". Kata gadis itu kepada Sartono.
  Sartono terdiam mematung tak berdaya.
  "Lalu saya ingat saat musibah itu datang. Hujan deras melanda lembah ini dan dikarenakan tidak ada lagi yang menopangnya selain pohon yang telah sirna maka longsorlah tanah diatas kami ini. Puluhan keluarga yang sedang tidur nyenyak itu harus berlari tak tentu arah. Rumah saya yang dekat tebing ini tidak terselamatkan. Saya tertidur selamanya bersama adik-adik saya yang masih kecil". Lanjut gadis hantu itu bercerita.
   "Namun bukan hanya itu kesalahan yang kau perbuat Pak wakil. Setelah bencana ini terjadi dan pemerintah menggelontorkan dana untuk penanggulangan bencana yang katanya dapat membuat kehidupan kami seperti sedia kala tapi kenyataannya dana tersebut cuman bisa kita pakai selama tiga hari. Selebihnya kami mengharap iba ke keluarga kami yang jauh atau bahkan ada yang mengemis di jalan".Â
Lalu gadis hantu itu berhenti bercerita dan mulai menangis.