Mohon tunggu...
Rahmad Alam
Rahmad Alam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa psikologi UST, suka menulis dan rebahan.

Seorang mahasiswa fakultas psikologi universitas sarjanawiyata tamansiswa yogyakarta yang punya prinsip bahwa pemikiran harus disebarkan kepada orang lain dan tidak boleh disimpan sendiri walaupun pemikiran itu goblok dan naif sekalipun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sartono di Lembah Iblis

9 Oktober 2021   10:11 Diperbarui: 9 Oktober 2021   10:37 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber: pixabay.com


        Hingga sampailah mereka di dekat beberapa rumah yang tertimbun tanah longsor. Beberapa bahkan tidak bisa dikenali sebagai sebuah bangunan. 

Suasana mulai mencekam karena suara lolongan anjing. Sartono menyadari bahwa tempat ini merupakan sebuah lokasi bencana longsor minggu lalu.


       "Saya adalah salah satu korbanmu, pak wakil.". Ujar gadis kecil itu yang tiba-tiba berhenti di sebuah bangunan yang tertimbun tanah longsor.


      "Apa maksudmu? Saya tidak mengerti.". Jawab Sartono keheranan.


     "Tidakkah engkau menyadarinya Pak wakil?. Atau bahkan dengan kondisimu saat ini kau belum juga sadar?".


    "Sadar apa? Saya hanya tahu saya habis terkena kecelakaan".


    "Engkau tidak berada di alam yang semestinya kau berada".


     Lalu gadis kecil itu berbalik ke belakang dan dia memperlihatkan muka yang pucat penuh luka yang menyebarkan bau anyir darah. Sartono terkejut dan hendak berlari namun tenaganya sudah habis dan dia pun terduduk di tanah.

 Sekarang ketakutannya berganti dengan menyadari bahwa mungkin dia telah meninggal akibat kecelakaan tersebut dan lalu dengan perasaan putus asa, menangislah ia pilu.


     "Masih ada kesempatan bagi dirimu untuk kembali, pak wakil". Kata gadis hantu itu pada Sartono.


    "Bagaimana caranya? Tolong beritahu saya". Tanya Sartono memelas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun