Mohon tunggu...
Rahmad Alam
Rahmad Alam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa psikologi UST, suka menulis dan rebahan.

Seorang mahasiswa fakultas psikologi universitas sarjanawiyata tamansiswa yogyakarta yang punya prinsip bahwa pemikiran harus disebarkan kepada orang lain dan tidak boleh disimpan sendiri walaupun pemikiran itu goblok dan naif sekalipun.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Ketika Writing Stuck: Membaca adalah Syarat untuk Menulis

29 Agustus 2021   06:19 Diperbarui: 29 Agustus 2021   06:36 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: pixabay.com 

Sebagai seorang penulis lepas, saya sering kali berada pada keadaan dimana tidak ada bahan untuk menulis. Segala cara sudah saya lakukan namun saya tetap mandek dan buntu seolah olah keran inspirasi saya yang ada dikepala telah kering airnya. Hal ini sangat mengganggu produktifitas saya sebagai seorang penulis lepas yang baru membuat satu dua artikel saja.

Writing Stuck atau kemandekan saat menulis kerap kali membuat para penulis menjadi jengkel. Padahal ada beberapa penulis yang menggantungkan hidupnya dari menulis. Jika ini terjadi dalam waktu yang lama dapat mengganggu ekonomi penulis tersebut. Writing stuck pada penulis seperti layaknya cederanya para atlet.

Biasanya selain mandek juga beberapa penulis ragu untuk mengutarakan pikirannya dalam sebuah kertas. Saat sudah menulis setengah paragraf lalu dihapus lagi karena kurang sreg seperti yang sering saya lakukan. Atau bahkan kita hanya menatap layar monitor komputer kita dan melihat tetap ada kertas kosong disana.

Berbagai penyebab bisa terjadi pada Writing Stuck ini seperti terpecah konsentrasi oleh beberapa hal, susah merealisasikan ide menjadi kata-kata, stres karena beberapa hal yang membuat kita bimbang dan masih banyak lagi. Lalu apa solusi yang baik dari permasalahan ini?. Bagaimana menyembuhkan cedera bagi penulis ini?.

Jika dilihat secara tak langsung pekerjaan menulis ini berarti memproduksi tulisan yang akan di baca orang. Otak kita layaknya mesin yang memproduksi berbagai macam literasi yang akan diberikan nanti kepada para pelanggan kita yaitu para pembaca. Yang luput dari kita adalah dalam setiap proses produksi maka diperlukan sebuah bahan baku untuk membuat suatu produk.

Bahan baku tersebut ialah ide, referensi, dan juga semangat. Tanpa ide kita tidak akan mendapatkan fondasi dari tulisan kita dan ide ini jadi inti dari sebuah tulisan. Referensi merupakan sebuah unsur untuk memperkuat ide kita dengan beberapa fakta dari dunia luar. Lalu semangat adalah energi untuk membuat ide dan referensi itu menjadi sebuah karya tulis yang dibaca orang, jika tidak ada semangat maka tulisan kita masih berada dikepala saja.  

Dan untuk mengatasi masalah kekurangan tiga hal tersebut cara terbaiknya adalah dengan membaca. Mengapa harus membaca?. Karena melalui membaca kita menstimulasi ide-ide yang ada di kepala kita untuk berkembang. Melalui informasi yang kita baca inilah kita memperoleh referensi yang ada. Dan juga melalui membaca kita merasakan semangat penulis dari literasi yang kita baca sehingga memantik semangat kita untuk menulis kembali.

Karena itulah membaca menjadi syarat mutlak untuk menulis. Ingatkah kita saat kita masih kecil kita pertama kali diajarkan untuk membaca terlebih dahulu lalu setelah itu kita bisa menulis. Dalam usia dewasa pun hal itu tetap berulang, jika kita ingin menulis setidaknya kita sudah banyak membaca terlebih dahulu. Dengan membaca kita tahu bagaimana cara menulis di kemudian hari.

Membaca memberi berbagai macam manfaat bagi kita bukan hanya untuk penulis saja. Dengan membaca kita membuat pikiran kita rileks dan jauh dari stres dikarenakan otak kita sangat nyaman jika diberikan informasi. Bahkan sangking rileksnya banyak orang termasuk saya kadang tertidur saat tengah membaca.

Membaca juga dapat memperkaya kosa kata baru yang mungkin dapat berguna saat menulis. Banyak kosa kata yang kita pelajari berasal dari kegiatan membaca terutama kosa kata di bidang pengetahuan dan akademik. Lalu kosa kata yang lain kita peroleh dari mendengar lingkungan di sekitar kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun