Mohon tunggu...
Rahma Roshadi
Rahma Roshadi Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer Bahagia

Penikmat tulisan dan wangi buku

Selanjutnya

Tutup

Money

Tahun Optimasi Digital sebagai "The Real New Normal"

31 Januari 2021   13:14 Diperbarui: 31 Januari 2021   13:25 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Bergulirnya pandemi covid-19 yang belum terlihat titik cerahnya, memaksa kita untuk berinovasi seketika. Tahun Optimasi Digital, adalah sebutan yang lebih tepat alih-alih new normal. Hal itu karena belakangan, hampir di semua sektor menggunakan media digital untuk mempertahankan eksistensinya di tengah pandemi. Bukan hanya kaum milenial, namun juga pada skala nasional.

Salah satu sektor yang memaksimalkan penggunaan media digital adalah ekonomi dan perbankan. Meski sebelum wabah pun, sudah merebak transaksi-transaksi dalam jaringan, namun penggunaannya lebih meningkat ketika dunia dihantam wabah virus covid-19.

Dilansir dari portal indonesia.go.id, bisnis jasa e-wallet bahkan tumbuh 22% pada 2019. Sangat melesat mengingat pada 2018 sektor ini hanya tumbuh 7% saja. Tidak hanya itu, situs indotelkomemberikan paparan tentang perdagangan berbasis elektronik yang meningkat hingga 26% selama masa pandemi. Sektor perbankan pun memberikan angin serupa, karena transaksi menggunakan digital banking naik sekitar 13%, mengimbangi transaksi Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) pada mesin ATM dan EDC yang landai.

Melihat fenomena tersebut, seharusnya sudah sangat terbaca bahwa 'new normal' tidak hanya terjadi pada aspek sosial dan kesehatan, melainkan juga pada kebiasaan baru yang digunakan oleh masyarakat dalam melakukan transaksi keuangan dan perbankan. Transaksi digital beralih ke cara baru yang tidak mengharuskan para pelaku usaha untuk melangkah ke luar rumah.

Lebih jauh lagi, jika kita menyadari bahwa perekonomian nasional salah satunya disokong oleh aspek perdagangan, maka optimasi transaksi digital haruslah mendapat perhatian khusus. Tidak hanya mengedepankan promosi kemudahan bertransaksi, akses jaringan yang luas, dan persyaratan administratif yang fleksibel, akan tetapi aspek kerahasiaan data dan keamanan bertransaksi pun harus mendapat perhatian yang utama.

Optimasi Bank Digital

Masyarakat tentu sudah banyak mengenal produk-produk bank digital. Di antara yang sangat akrab di telinga adalah penggunaan sms dan internet banking. Dua layanan bank digital tersebut, bahkan sebelum pandemi, sudah tersebar penggunaannya dan juga mendapat tempat di hati para nasabah perbankan.

SMS dan internet banking, merupakan icon transaksi digital yang memanjakan nasabah ketika bertransaksi, dan juga andalan para pelaku e-commerce. Mengingat, dua fitur layanan ini memberikan kemudahan transaksi kepada nasabah, tanpa harus beranjak dari rumah. Ditambah lagi, masa pandemi membuat keduanya semakin menjadi primadona. Covid-19 adalah jasa pemasar gratis dan terbaik bagi kedua layanan perbankan ini.

Beralih kepada isu peningkatan ekonomi nasional, layanan bank digital pun perlu mendapatkan stimulus agar penggunaannya mengalami peningkatan yang signifikan. Seharusnya, alasan masyarakat menggunakan layanan bank digital bukan lagi semata-mata karena pandemi. Mindset masyarakat harus terfokus kepada pentingnya meningkatkan kekuatan ekonomi nasional yang salah satu pilar terkuatnya adalah perdagangan.

Jika perdagangan merosot hanya karena masyarakat tidak bisa bertransaksi secara konvensional diakibatkan pembatasan sosial, maka secara global perekonomian nasional pun akan turut terdampak. Leboh jauh lagi, ekonomi akan kian terpuruk karena inflasi akibat berkurangnya permintaan pasar yang tidak menyambut produksi barang yang harus terus berjalan. Pengurangan produksi, harus berimbang dengan pemangkasan biayanya, yang salah satunya akan berimbas kepada lebih banyaknya kasus PHK. Maka, optimasi bank digital adalah solusi untuk stabiltas perekonomian nasional.

Maximum Security Sistem Tapping dan Scanning

Menggunakan transaksi digital tidak serta merta kita melupakan resikonya. Bukan satu-dua kejadian yang sudah terjadi terkait dengan pencurian data nasabah dan pembobolan transaksi digital. Meski begitu, resiko haruslah menjadi suatu bahan Analisa untuk mendapatkan solusi perbaikan dari setiap produk keuangan dan perbankan yang dikeluarkan, alih-alih hanya menjadi sorotan dan membuat masyarakat meninggalkan produk tersebut.

Cara-cara konvensional selalu dinilai layak memberikan pengamanan pada transaksi keuangan. Sebagai contoh, menggunakan PIN atau tanda tangan pemegang kartu pada transaksi kartu kredit atau debit. Meski begitu, hal itu menjadi tidak relevan ketika masa pandemi memaksa masyarakat untuk membatasi aktivitas di luar rumah. Selain itu, muncul modus operandi baru yang bisa melakukan pembobolan data dan dana nasabah, meskipun sudah terkunci dengan PIN.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun