Mohon tunggu...
Rahma Roshadi
Rahma Roshadi Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer Bahagia

Penikmat tulisan dan wangi buku

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ruang Diskusi, Langkah Sederhana Keluarga Kembangkan Literasi

25 September 2019   07:47 Diperbarui: 25 September 2019   11:46 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tidak sedikit media daring yang memunculkan topik bahasan tentang rendahnya minat baca orang Indonesia. Menempati peringkat 60 dari 61 negara, seharusnya pembahasan ini jangan dibiarkan berlalu tanpa solusi nyata. 

Meskipun kita tahu diskusi literasi tidak selesai hanya di urusan bisa membaca saja, namun nyatanya minat baca di negara kita masih membutuhkan perhatian bersama.

Literasi memang lebih sering dikenal sebagai sebuah aktivitas membudayakan gerakan membaca dan menulis. Namun dalam penjabarannya, kita mengenal enam jenis literasi dasar yaitu literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi finansial, literasi digital, dan literasi budaya dan kewargaan. 

Dari semua jenis literasi dasar ini, tentunya semuanya membutuhkan kemampuan membaca untuk selanjutnya memahami prinsip dasar dan karakteristik masing-masing.

Sebuah ruang bernama keluarga, seharusnya menjadi titik nol dimulainya pendidikan dan pengembangan literasi. Keluarga adalah sebuah wadah dengan kekuatan koneksi emosional terdekat dan tererat bagi seseorang, untuk membuka ruang diskusi hingga mencari solusi. 

Namun sayangnya, banyak sekali keluarga yang belum sepenuhnya memainkan peran ini dengan sempurna.

Kita masih melihat keluarga yang, secara tidak langsung, memindahkan fungsinya sebagai pendidik utama anak-anak mereka kepada sekolah, guru mengaji, lembaga kursus kepribadian, bahkan kepada media.

 Pendidikan literasi yang terjadi di keluarga hanya terbatas pada bisa tidaknya anak-anak membaca, menulis, dan menyelesaikan tugas dari sekolah.

Hal ini berarti, masih ada mata rantai yang putus di dalam pemahaman tentang literasi itu sendiri di dalam keluarga. Pendidikan literasi seharusnya jauh lebih mendalam maknanya daripada sekadar membaca dan menulis saja. 

Setelah membaca, seseorang harus bisa berpikir kritis dan analitis tentang apa yang mereka baca, serta mampu memberikan opini dalam beragam konteks.

Pemahaman literasi secara mendalam tersebut tentunya tidak dihasilkan dalam satu-dua hari, melainkan akan tumbuh jika di dalam keluarga ditumbuhkan budaya diskusi dan saling berinteraksi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun