Mohon tunggu...
Rahma Roshadi
Rahma Roshadi Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer Bahagia

Penikmat tulisan dan wangi buku

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Telur, Penetral Sementara Islamofobia

19 Maret 2019   11:42 Diperbarui: 19 Maret 2019   11:46 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Belum beranjak ingatan kita pada Will Connolly yang telah berani memecahkan telur di kepala senator Australia Fraser Anning. William yang kemudian mendapat julukan 'The Egg Boy' pun mencuitkan alasannya melakukan tindakan tersebut sebagai sebuah keberanian melawan statement Anning, yang sebelumnya lebih dulu memberikan pernyataan terkait pembantaian sadis jamaah salat jumat di dua masjid di New Zealand oleh teroris bernama Brenton Tarrant.

Alih-alih menyampaikan empati atas insiden tersebut, Anning justru melempar kesalahan kepada pemerintah New Zealand yang telah membuka keran masuknya imigran muslim ke negaranya. Pada pernyataan-pernyataan sebelumnya, Fraser Anning juga kerap menyamakan Islam dengan teroris, dan menyatakan penolakan sikapnya untuk menerima imigran muslim membanjiri negaranya.

Fraser Anning, barangkali termasuk satu dari banyak bangsa yang terjangkit Islamofobia. Wabah penyakit yang mulai merebak dengan akut pasca tragedi 911. Beberapa kejadian terorisme yang dilakukan dan menghasilkan seseorang, yang kebetulan, beragama Islam sebagai pelakunya, telah memberikan sebuah stigma paten bahwa Islam adalah teroris, agama Islam mengajarkan terorisme, dan kemunculan orang-orang muslim adalah sebuah kewaspadaan.

Tentunya hal ini menjadi sebuah babak yang menyakitkan bagi umat Islam di seluruh dunia, karena Islamofobia memberikan dampak kepada muslim perseorangan yang berada di negara-negara khususnya barat, yang mayoritas penduduknya bukan muslim, dalam hal perlakukan mereka secara sosial.

Kita sebagai seorang muslim sudah seharusnya paham tentang konsep rahmatan lil alamin, sebagai garis besar ajaran kedamaian yang dibawa oleh agama ini. Islam yang memiliki arti dasar keselamatan dan kedamaian, teruji kebenarannya karena beberapa tangan oknum yang telanjur salah memahami konsep ajarannya.

Di dalam Islam, memang dijelaskan konsep jihad fii sabilillah,atau jihad di jalan Allah sebagai amalan yang mulia untuk menggapai ridho Allah subhana hu wa taala. Jihad bermakna mencapai kelelahan karena Allah, meninggikan kalimatNya, dan mencapai surgaNya.

Imam Ibnul Qayyim menjelaskan jenis jihad ditinjau dari obyeknya dengan menyatakan bahwa jihad memiliki empat tingkatan, yaitu (1) jihad memerangi hawa nafsu, (2) jihad memerangi syetan, (3) jihad memerangi orang kafir dan (4) jihad memerangi orang munafik, yang kemudian diperluas dengan pemahaman memerangi pelaku kezaliman, bidah, dan kemungkaran.

Melihat pemahaman tersebut, tentunya kita jangan mengambilnya secara parsial untuk segera mengangkat senjata atau menghunuskan pedang ke dada orang-orang zalim, meskipun kenyataannya, saat ini kemungkaran dan kezaliman telah diberikan ruang untuk berkembang. Hal ini karena penjelasan Imam Ibnul Qayyim menyatakan bahwa jihad memerangi musuh Allah di luar jiwa, adalah cabang dari memerangi jiwa itu sendiri.

Dengan demikian, kita sebagai muslim, yang pertama kali harus dilakukan adalah, bertanya pada diri dan hati kita masing-masing tentang keyakinan dan ketakwaan kita pada Allah taala. Takwa, sebuah kata yang berulang-ulang disebutkan di dalam Alquran, namun sejatinya hanya memiliki dua arti, yaitu melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan Allah, tanpa kecuali.

Apabila ketakwaan ini diterapkan dan terus ditingkatkan, niscaya seorang muslim akan mencapai sebuah akhlak yang sempurna, yang jauh lebih dalam dari sekedar santun. 

Seorang muslim akan senantiasa melihat Allah dalam setiap langkah dan napasnya, sehingga berimbas pada sebuah tindakan dan perilaku yang senantiasa menebarkan nilai-nilai kebaikan, karena setitik pun perbuatan keji yang dilakukan, akan berakibat sebuah hisab yang tajam dan azab dari Allah taala.

Beriman dengan sebaik-baik takwa dan berislam secara kaffah, adalah salah satu jalan untuk memberikan pelajaran kepada mereka yang menganggap Islam sebagai sebuah musuh besar. Islam memang musuh besar bagi kemungkaran, akan tetapi bagi kehidupan di atas muka bumi secara menyeluruh, Islam adalah rahmat, keselamatan, dan kedamaian.

Islam tidak mengajarkan mengambil hak kebendaan orang lain, apalagi menghilangkan nyawa secara zalim. Islam juga tidak mengajarkan berdagang atau berekonomi dengan ketimpangan keuntungan seperti yang diterapkan dalam praktek-praktek ribawi ala yahudi, melainkan sebuah muamalah dengan konsep saling menguntungkan dan menguatkan para pelaku ekonominya. Pertanyaan yang muncul, sejauh mana seorang muslim ingin mendalami tentang ilmu-ilmu yang demikian mendalam dan detil di dalam Islam?

Dengan ketakwaan dan ilmu tauhid yang semakin hari semakin tinggi, manusia akan menemukan sebuah titik damai, yang pada akhirnya tidak sedikitpun akan memikirkan keserakahan memperebutkan dunia dengan berbagai cara, melainkan sebuah ketenangan dengan tujuan mulia, hanya ingin menjadi manfaat bagi orang dan lingkungan di sekitarnya. Begitulah ber-Islam yang sesunggunya, yaitu yang memberikan manfaat kedamaian dan keselamatan bagi siapapun di sekitar kita.

Jadi, sudah terpikirkah langkah apa yang akan kita ambil untuk program peningkatan ketakwaan dan perbaikan akhlak dan melawan sitgma negative tentang Islam? Jangan malas untuk tingkatkan ilmu dan kuatkan ghirah. Tunjukan pada dunia tentang indahnya Islam. Tentang kedamaiannya, keselamatannya, dan beragam ilmunya yang aplikatif di semua sektor mulai dari pemerintahan, politik, ekonomi, pendidikan, dan juga strategi perangnya. Karena melawan Islamofobia, tidak cukup dengan telur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun