Mohon tunggu...
Rahman Wahid
Rahman Wahid Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Menggapai cita dan melampauinya

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kemandekan

22 April 2020   16:14 Diperbarui: 22 April 2020   16:05 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Pixabay/MabelAmber

Lanskap bentangan arah depan merentang memanjang, menjulang. Berdiri tegap, sigap menghalau para petualang, penggembala cerita. Jalur titian penggapaian tujuan tersekat garis pembatas, melayukan, meretas cucuran ide di kepala, mengaburkannya dengan kabut tebal keraguan, dengan arus kuat kegetiran.

Lampu penerang lajur perjuangan meredup, kelam, remang temaram. Panduan pintasan pemikiran terkatup, menutup. Serbuk sari pemberi muruah semangat, kehormatan tandas, tergilas malas. Kandas terlindas lemas. Irisan sempurna membentuk satu buah ketercelaan, mengombang-ambingkan hakikat, menggenapkan mudarat.

Tepian harapan menggantung terkatung-katung, kelopak cita-cita berguguran bergantian. Daya upaya tercekat terpaan angin dingin frustasi, tertimpa beban berat kekecewaan. Sepetak kehendak yang disemai sejak lama gagal bertumbuh, mati dalam penantian. Bekal kebernaian tak sanggup bangkitkan kegigihan memulai kembali.

Pekarangan halaman yang ramai oleh beragam gagasan masa depan terjangkit penyakit hingga tak mampu berkelit. Setiap hari antrian menuju kemandekan kian bertambah, menimbulkan kesesakan dalam himpitan derai air mata tiada akhir. Membanjiri lahan harapan hingga tergenang dan hanya mampu dikenang, dibayang, tanpa dapat diulang.

Meyakinkan pendirian agar selalu di garis depan medan pertempuran ibarat memastikan bisa menyelam tanpa sama sekali menghirup oksigen sembarang waktu. Setiap sebab selalu menghasilkan dampak, setiap dampak akan menghasilkan konsekuensi, setiap konsekuensi menentukan eksistensi. Kepedihan mengarahkan pada tendensi, menyetop nalar berkreasi. Membatu, membuntu. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun