Mohon tunggu...
Rahman Wahid
Rahman Wahid Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Menggapai cita dan melampauinya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Modernisme dan Pentingnya Bersikap Santuy

19 November 2019   18:31 Diperbarui: 19 November 2019   18:35 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Pixabay/asmuSe

Saat ini negara diruwetkan dengan narasi-narasi penuh kegaduhan seperti radikalisme, ektsrimisme, degradasi moral, dan ujaran kebencian. Belakangan memang hal tersebut menjadi makanan sehari-hari masyarakat baik itu dikonsumsi lewat televisi maupun sosial media. Tak pelak dengan beredar luasnya pemberitaan semacam itu membuat suasana negara menjadi tegang dan seolah selalu tidak kondusif.

Saya jujur jenuh dengan kondisi mencekam seperti ini. Melihat elit-elit bersitengang dan perang urat saraf karena masalah kepentingan politik. Tak sedikit juga saya melihat kabar pembunuhan, terorisme, dan kejahatan memenuhi headline di banyak media. Sebenarnya apa yang menjadi persoalan utama yang menyebabkan kondisi negara dan masayarakat kita rusuh seperti sekarang ini?

Analisa singkat saya menilai ini bisa diakibatkan karena orang-orang tidak lagi santai dalam menjalani kehidupan. Ya, sikap santai mulai tereduksi dari jatidiri manusia Indonesia. Paradigma berpikir masyarakat terlalu dipengaruhi oleh modernisasi barat yang mengedepankan budaya kompetisi. Isinya tidak lain sikut sana dan sikut sini demi kepentingan pribadi atau golongan.

Tentu jika budaya modern ini jika kita benturkan dengan ideologi bangsa akan mengarah pada kontradiksi yang kentara. Jelas bahwa asas utama dalam Pancasila sendiri adalah gotong royong, bukan saling dorong dan menjorokan. Maka tak heran jika orang-orang zaman dulu atau masyarakat pedesaan/adat lebih mengedepankan kebiasaan bantu membantu dalam bermasyarakat, misalnya dalam bekerja dan meyelesaikan masalah.

Selain terbiasa dengan semnagat gotong royong, mereka juga seperti jauh dari doktrin kapitalisme barat. Ini bisa dibuktikan dengan cara pandang mereka yang tidak berorientasi profit, tapi lebih berorientasi pada kemaslahatan bersama, contoh ini bisa kita lihat dalam sistem masyarakat yang ada di desa Ciptagelar Kabupaten Sukabumi atau kampung adat Baduy di Banten serta di beberapa perkampungan lainnya.

Lalu pemaparan saya yang diatas pada akhirnya berkorelasi dengan sikap masyarakat yang ada. Sistem kolektif kolegial yang dianut oleh masyarakat tersebut, membentuk karakter masyarakat untuk memiliki jiwa sosial yang tinggi. Mereka menjadi tidak mendewakan ambisi pribadi, tidak mendewakan harta, juga tidak mendewakan tahta. Itu yang menyebabkan mereka menjadi tentram dan damai dalam menjalani kehidupan. Kemudian secara sifat dan sikap mereka bermetamorfosa sebagai pribadi yang santai, atau dalam bahasa gaulnya sebagai manusia yang santuy.

Mengapa sikap santai menjadi begitu penting saat ini? Tak lain karena sikap santai merupakan sebuah counter terhadap realitas yang mencerabut identitas kita sebagai bangsa yang menjungjung nilai gotong royong. Di tengah arus modernisasi yang terus merongrong jatidiri bangsa, jelas kita harus menyiapkan formula guna mengantisipasinya, salah satunya yaitu dengan kembali menghayati, memperlajari serta memahami akan hakikat dari ideologi kita sendiri.  

Satu hal yang perlu digaris bawahi, sikap santai ini jelas tidak sama dengan malas, santai dalam konteks ini berarti bersikap bijaksana. Santai dalam bermasayarkat, tidak mudah terprovokasi, tidak mudah diadu domba, tidak menghalalkan segala cara demi kepentingan pribadi. Ya, negara kita sudah terlalu mencekam, maka bersikaplah secara santuy.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun