Mohon tunggu...
Rahman Wahid
Rahman Wahid Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Menggapai cita dan melampauinya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Babad Ikhwan Mistis: Mendobrak Hegemoni, Mewujudkan Harmoni

15 September 2019   17:12 Diperbarui: 15 September 2019   17:21 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Pixabay/niekverlaan

"Ini akan seru nampaknya Yu!" Ujar Bursh

"Bener Bursh, tetap lawan, masalah massa kita pasti banyak"

Mendengar percakapan Bursh dan Wahyu, Yai Izan kelihatan mendengus dan menggeleng beberapa kali. Ia kemudian berjalan mengampiri Bursh.

"Bursh" Katanya pelan

Bursh menoleh perlahan "Iya Yai"

"Ingat, jangan terlalu sampai tinggi hati, ingat esensi"

"Maksudnya Yai?" Tanya Bursh heran

"Tetap fokus pada tujuan dan esensi, jangan biarkan tinggi hati merusak niat baik kita, tetap selow dan santuy, rendah hati utamakan" Pungkas Yai Izan

Bursh agak tertunduk, ia rupanya paham bahwa Yai Izan mulai melihat aura kesombongan mulai hinggap dalam dirinya. Dan dengan penuh ketakziman ia mengakui kealpaan yang dilakukannya.

"Betul Yai, rasa senang ini memang cukup membutakan, terimakasih atas nasihatnya. Pergerakan ini tetap dilandasi oleh ketulusan Yai. Percayalah, do'akanlah"

To be continued!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun