Mohon tunggu...
Rahman Wahid
Rahman Wahid Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Menggapai cita dan melampauinya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mendengar Bocah Nyanyi Lagu Cinta Itu Menggelikan

29 Juni 2019   17:10 Diperbarui: 30 Juni 2019   21:11 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Pixabay/Klimkin

Pembaca mungkin pernah berada dalam kondisi seperti judul di atas. Ya, mendegar bocah menyanyi lagu bergenre romantis bagi sebagian orang bisa saja menjadi hal yang lumrah. Saya sendiri sangat sering melihat anak-anak begitu fasih dan hapal betul lagu-lagu tersebut. Baik itu saya temukan di sekolah dasar, di lingkungan keluarga, bahkan di tempat umum sekalipun.

Sebagai awal yang paling dekat adalah di lingkungan keluarga. Beberapa keponakan saya misalnya sudah tahu banyak lagu bertema cinta. Kerap kali saat saya datang ke rumahnya ia sedang asyik memainkan gawainya dan mungkin secara tidak sadar mulutnya menggumamkan lagu-lagu cinta yang sudah ia hapal. Dalam kondisi itu perasaan saya campur aduk, antara senang melihat bakat menyanyinya muncul dan jelas mayoritas miris.

Tentu yang disayangkan pada hal tersebut adalah konten nyanyiannya yang saya rasa belum pantas untuk mereka konsumsi. Saya saja yang sudah dewasa geli melihat teman sejawat begitu apalagi kalau bocah yang masih belum paham apa itu hubungan percintaan, terutama terkait hubungan sepasang kekasih. Memang sudah seharusnya konten seperti itu sebisa mungkin dihindarkan dari jangkauan anak-anak.

Tugas itu jelas menjadi perkerjaan orangtua. Mereka harus bisa memfilter apa saja yang akan dikonsumsi oleh anak, baik lewat televisi ataupun gawai, orang tua perlu terus memantau perilaku anaknya. Ini penting agar anak bisa kita hindarkan dari hal-hal yang sebenarnya belum layak mereka terima bahkan mereka lakukan di kehidupan sehari-hari.

Tidak jauh berbeda dengan bocah yang saya temui di kereta beberapa waktu lalu. Saya perkirakan usianya masih 11-12 tahun, mungkin kelas 6 SD. Ia persis duduk di bangku depan saya, dan dari perbincangan yang didengar saya ketahui bahwa  yang membersamainya ialah bibi dan kakeknya. Tampak sekali ia amat nyaman memainkan gawainya, mungkin bermain game, karena posisi hapenya sendiri miring, seperti lazimnya orang-orang ketika bermain game.

Lalu tak lama, ia mulai mengganti posisi hapenya ke posisi normal. Ia kemudian membuka tas kecilnya, dan dengan sedikit usaha meraba-raba ke dalamnya. Lewat upayanya, ia berhasil mengeluarkan headset dan dengan segera menyambungkannya pada hapenya. Sejenak ia menatap fokus ke layar hape, seraya terlihat jarinya mengusap layar naik turun seperti sedang memilih sesuatu.

Setelah itu ia kemudian menggemgam hapenya. Saya lihat, kepalanya mulai bergerak, seperti mengikuti alunan lagu. Geraknya naik turun dan maju mundur perlahan. Dugaan saya sejak awal memang benar, ia sedang mendengarkan lagu. Disitu saya masih dalam posisi tenang dan bahkan tak cukup peduli atau memikirkan hal yang ia lakukan.

Sampai beberapa menit, saya yang sedang asyik melihat pemandangan dari jendela kereta mulai terusik. Awalnya saya sedikit mendengar anak itu menggumam "hmm hmmm". Saya mengira anak itu tengah mendengarkan lagu Nissa Sabyan. Namun dugaan saya makin lama makin salah dari clue yang anak itu berikan.

Lirik selanjutnya yang samar saya dengar darinya adalah "Tak perlu kau ragu" Disini saya sudah curiga anak itu sedang menyanyikan lagu cinta. Tidak sampai berapa lama, kecurigaan itu terbayar sudah dengan kenyataan yang ia berikan secara terang benderang.

Ia dengan fasih dan penuh perasaan menyanyikan lagunya dengan suara pelan namun jelas di telinga dan di depan mata saya. Saya sendiri tidak tau lagunya, namun liriknya kurang lebih begini "....Cukup kau di sampingku, sempurna langkahku" dan beberapa kali saya mendegar kata "My lady"

Jelas dalam kondisi itu rasa ingin melihat pemandangan saya alihkan kepada anak itu. Saya perhatikan, ia tampak enjoy menyanyikannya. Sesekali saya sempat beradu pandang dengannya, tapi ia tak mengacuhkan, dan lantas melanjutkan nyanyiannya.

Perasaan saya yang ada kala itu antara lucu, miris dan geli bercampur aduk menjadi satu. Ingin marah tapi saya bukan siapa-siapanya. Bibi dan kakeknya pun nampak tidak begitu peduli dengan yang anak itu lakukan.

Saya hanya berpikir mengapa kondisi ini jamak saya temui dan mengapa rata-rata anak sepertinya sangat tau betul dengan lagu-lagu cinta. Apakah fenomena ini menggambarkan sudah lazimnya romantisme dilakukan oleh anak?

Saya kira hal itu sangat keliru jika pandangan publik mengiyakannya. Tumbuh kembang anak, apalagi masih usia sekolah dasar harusnya diisi dengan pengetahuan dan kegiatan yang lebih berfaedah di banding menyanyikan lagu cinta. Itu boleh saja, tapi saat usia ini saya rasa belum waktunya.

Lagipula, bagi saya lebih baik jika tahu anak suka menyanyi, kita perlu mengarahkannya pada tema yang layak baginya. Apakah itu tentang persahabatan, lingkungan, atau lagu yang mengandung banyak unsur moral dan pembelajaran. Bukan malah membiarkan ia menyanyi semaunya, dengan lagu romantis, apalagi dengan lirik percintaan yang sarat konflik, intrik dan air mata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun