Mohon tunggu...
Rahman Wahid
Rahman Wahid Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Menggapai cita dan melampauinya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Babad Ikhwan Mistis: Muktamar Kaum Mistis (Part 1)

29 April 2019   20:10 Diperbarui: 29 April 2019   20:24 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Pixabay/Free-Photos

Wahyu dan Ical kemudian saling memandang. Tampaknya mereka coba meyakinkan satu sama lain bahwa hal yang sedang ingin diutarakan oleh Yai Izan tak lain perihal bentrokan antara ikhwan borjuis dan proletar. Ical mengangguk kepada Wahyu dan kemudian berbicara.

"Apa ini perihal ikhwan pro dan bro Pak Yai?"

Yai Izan menengok kepada Ical, ia manatap ical lalu kepada semua orang, baik itu kaum pro dan bro.

"Saya mendapat banyak keluhan soal keributan yang ditimbulkan oleh kalian, mahasiswa biasa yang tidak terlibat dalam kontestasi kalian pada akhirnya merasa tersahkan" Balas Yai Izan.

"Kalian pikir kontestasi diantara kalian tidak menimbulkan perkara? Kita lihat, gara-gara hal macam begini, kita sesama saudara satu kampus menjadi terpecah belah, apa kalian tidak sadar?" Tambahnya.

"Kalian ini...." Yai Izan coba melanjutkan "Terlalu fokus kepada kehendak masing-masing, terlalu egois dengan kemauan pribadi, menghalalkan kontestasi yang tidak fair, sampai lupa bahwa kita ini saudara yang seharusnya bisa saling mendukung dan menghargai".

Izal, Bursh, dan Bale kompak menunjukan air muka yang lesu. Wahyu, Ivan, Mou dan Iman pun demikian, mereka fokus mendengar wejangan dan kritikan yang tengah disampaikan oleh Yai Izan. Sedangkan Roy, Egi, dan Babe kini mulai menampilkan kerutan di dahi, mereka berpikir keras, merefleksi diri. Mata Edik malah sampai terlihat berlinangan air mata.

Dede kemudian menanggapi perkataan Yai Izan.

"Maaf Yai, tapi ini gara-gara kaum bro!"

"Enak aja, lu tuh yang salah" Balas Bursh ketus.

"Heh lu kali, nggak nyadar juga lu yah" Timpal Ical.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun