Wahyu dan Ical kemudian saling memandang. Tampaknya mereka coba meyakinkan satu sama lain bahwa hal yang sedang ingin diutarakan oleh Yai Izan tak lain perihal bentrokan antara ikhwan borjuis dan proletar. Ical mengangguk kepada Wahyu dan kemudian berbicara.
"Apa ini perihal ikhwan pro dan bro Pak Yai?"
Yai Izan menengok kepada Ical, ia manatap ical lalu kepada semua orang, baik itu kaum pro dan bro.
"Saya mendapat banyak keluhan soal keributan yang ditimbulkan oleh kalian, mahasiswa biasa yang tidak terlibat dalam kontestasi kalian pada akhirnya merasa tersahkan" Balas Yai Izan.
"Kalian pikir kontestasi diantara kalian tidak menimbulkan perkara? Kita lihat, gara-gara hal macam begini, kita sesama saudara satu kampus menjadi terpecah belah, apa kalian tidak sadar?" Tambahnya.
"Kalian ini...." Yai Izan coba melanjutkan "Terlalu fokus kepada kehendak masing-masing, terlalu egois dengan kemauan pribadi, menghalalkan kontestasi yang tidak fair, sampai lupa bahwa kita ini saudara yang seharusnya bisa saling mendukung dan menghargai".
Izal, Bursh, dan Bale kompak menunjukan air muka yang lesu. Wahyu, Ivan, Mou dan Iman pun demikian, mereka fokus mendengar wejangan dan kritikan yang tengah disampaikan oleh Yai Izan. Sedangkan Roy, Egi, dan Babe kini mulai menampilkan kerutan di dahi, mereka berpikir keras, merefleksi diri. Mata Edik malah sampai terlihat berlinangan air mata.
Dede kemudian menanggapi perkataan Yai Izan.
"Maaf Yai, tapi ini gara-gara kaum bro!"
"Enak aja, lu tuh yang salah" Balas Bursh ketus.
"Heh lu kali, nggak nyadar juga lu yah" Timpal Ical.