Mohon tunggu...
Rahman Wahid
Rahman Wahid Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Menggapai cita dan melampauinya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Ketakziman

10 Maret 2019   18:25 Diperbarui: 10 Maret 2019   18:39 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: FunnyJunk

Tinggi mulia perilakumu, menampilkan sosok keteladanan yang patut jadi panutan. Kerap kali engkau sampai bersusah payah meracik segenap cara guna menggalang dan mempelopori beragam aksi perubahan. Tanpa kenal lelah atur strategi, menguras daya pikir, sampai keringat tak kau pedulikan telah menetes membasahi sekujur tubuh. Demi pembenahan, demi perbaikan.

Engkau sampai hati kurangi kesenanganmu. Kau gadaikan waktu istirahatmu yang berharga, jam tidurmu, waktu santaimu. Penggadaian demi penggadaian tak berhenti engkau berikan, demi aku, demi mereka yang malah tidak sama sekali berjuang untukmu, dan bahkan enggan berkorban sepeser hartapun. Terkadang aku berpikir, mengapa engkau mau berkorban untuk para bedebah ini ?

Mereka yang tak selalu ada untukmu, mereka yang selalu sibuk saat kau butuh, mereka yang sering mangecewakan. Tapi, mengapa tetap kau bela ? Mengapa kau sabar meladeninya ? Tidak rasional. Kepedulianmu pada yang bahkan tak mempedulikanmu tentu aneh dipikiran. Berkorban dengan membuang waktumu tidakkah rugi ? Meladeni para bedebah yang belum tentu akan membahagiakanmu itu mengapa tetap kau laksanakan ?

Entahlah. Engkau memang penuh kejutan. Energimu kuat, tahan banting menghadapi setiap cercaan yang tanpa henti bertamu kehadapan wajahmu. Menerpa, menggulung tanpa kenal bosan. Keuletanmu untuk bangkit dari dasar keterpurukan menjadikanmu siap mengarungi setiap tantangan. Hingga pada saat ini engkau akhirnya menorehkan sejarah dalam hidup bahwa engkau telah sukses, dan membungkam mereka yang dulu mengolok-olokmu.

Tapi engkau tentu tidak sekejam itu. Pembuktian dirimu sebagai manusia yang sejati tidak berhenti pada kecerdasan pengetahuan semata. Akal dan moral keduanya berdiri pada puncak yang sama, puncak sebagai manusia yang seutuhnya. Itu yang membuatmu begitu spesial. Tidak lupa pada sejarahmu yang penuh suka duka, penuh perjuangan.

Engkau membagikannya kepada sejawatmu, pada bangsamu, bahkan terhadap para bedebah yang hina seperti aku ini. Engkau merengkuh dan mendekap mereka semua dengan keluhuran budimu, dengan idealisme, dengan tujuan yang mulia, berbakti pada nusantara. Ya, pahlawan, itulah dirimu. Berjuang jiwa raga, tanpa pamrih untuk semesta. Dan, maaf aku belum bisa membalas jasamu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun