Mohon tunggu...
Rahman Wahid
Rahman Wahid Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Menggapai cita dan melampauinya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Menangkal Krisis Melalui Pendidikan Kritis

19 Februari 2019   20:21 Diperbarui: 28 Februari 2019   17:47 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Freire mengatakan bahwa pendidikan kritis atau critical pedagogy adalah upaya untuk menjadikan manusia sebagai subyek yang sadar dan kritis (Sumber foto: Pixabay.com/Congerdesign)

Wacana mengenai pendidikan kritis telah menjadi diskursus yang telah lama bergulir dalam ranah akademik, khususnya bagi mereka yang berkecimpung dalam dunia pendidikan. 

Dinamika pendidikan sebagai suatu hal yang terus berubah membuat perbincangan soal perubahan yang terjadi di dalamnya pun tidak pernah berhenti.

Jika dikaitkan dengan fenomena di sekitar, terlebih pada fenomena ironi yang kini jamak terjadi seperti tawuran, seks bebas, dan perilaku bullying, lantas mengapa pendidikan belum mampu menjadi penetralisirnya? Bukankah tujuan pendidikan itu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa menuju manusia yang bermoral? Tapi mengapa saat ini malah perkembangbiakan manusia amoral yang terjadi? Ke mana pendidikan?

Untaian pertanyaan tadi harusnya menjadi bahan refleksi bagi setiap insan pendidikan dalam melakukan evaluasi terhadap sistem pendidikan yang telah dan kini tengah berlangsung. 

Sebagai sebuah sistem tentu saja dalam mewujudkan tujuannya memerlukan dukungan dari berbagai komponen yang terkandung di dalamnya, dan bukan hanya didukung, namun juga semua komponen tadi saling berkaitan. Hal ini senada dengan apa yang diucapkan Ki Hadjar Dewantara bahwa pendidikan sebagai sebuah sistem perlu memiliki prinsip konsentris.

Terlepas dari keterkaitan antar komponen, hal yang menjadi penting sebagai langkah membebaskan subyek dan obyek pendidikan dari kekrisisan dapat diperoleh lewat pendidikan yang kritis. 

Gagasan ini tentu berakar dari sebuah fakta bahwa ketika pendidikan tidak dapat berjalan dengan optimal, dalam arti ia malah menghasilkan kontradiksi dengan tujuan mulianya, maka produk pendidikan yang dihasilkan adalah sebuah kegagalan.

Bentuk kegagalan yang dimaksud jelas bukan hanya terbatas pada ranah pengetahuan yang minim saja, namun lebih berbahaya jika ditambah dengan ranah sikap dan keterampilan yang juga bobrok. Akan realitas inilah berbagai macam krisis, terutama yang menyangkut dengan karakter menjadi kian berkembang. Baik itu krisis secara moral maupun secara akal dan nalar.

Atas dasar berbagai macam krisis yang melanda tadi, pendidikan kritis hadir sebagai oasis dari rasa dahaga akibat pola pendidikan yang kering. 

Freire mengatakan bahwa pendidikan kritis atau critical pedagogy adalah upaya untuk menjadikan manusia sebagai subyek yang sadar dan kritis. Ini juga sejalan dengan yang dikatakan Ki Hadjar Dewantara bahwa pendidikan kritis sebagai usaha memanusiakan manusia menjadi manusia yang sejati.

Melalui pendidikan kritis, khususnya dalam konteks sekolah, murid tidak dipandang seperti yang diungkapkan John Locke sebagai sebuah objek yang kosong (Baca: Tabula Rasa) dan dengan bebasnya bisa dituliskan ini dan itu semaunya guru. lebih daripada itu, murid dipandang sebagai entitas yang memiliki potensi dan tugas pendidikanlah untuk mengembangkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun