Mohon tunggu...
Rahman Wahid
Rahman Wahid Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Menggapai cita dan melampauinya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Prakiraan Cuaca Pendidikan Hari Ini

1 Februari 2019   18:36 Diperbarui: 1 Februari 2019   18:59 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Wallhere.com

Bulan - bulan ini kondisi cuaca sama sekali sedang berada pada titik yang tidak baik. Langit tampak selalu terlihat mendung, menghalangi sinar sang surya untuk memberikan secercah kehidupan bagi makhluk semesta alam. Awan hitam yang membumbung seolah tidak membolehkan cahayanya lewat dan jelas membuat hari - hari dipenuhi kemuraman.

Cuaca menjadi begitu ekstrim, angin berhembus sebegitu kencangnya, menghempas apa saja yang menghalanginya. Hujan deras tak kunjung reda, mengguyur setiap denah geografis yang dilaluinya, tak jarang sampai menyebabkan air bah yang menggenang jalanan, menggenang perumahan, bahkan menggenang peradaban.

Peradaban yang tenggelam, inilah yang kemudian dapat menjadi berbahaya. Selain kondisi cuaca alam yang sedang tidak baik, kondisi cuaca peradaban pun tak lagi jauh berbeda. Nyaris sama, cuaca peradaban kita saat ini berada pada situasi yang krisis, cenderung mendung. Nampak suram dilihat, namun jelas terasa tidak nyaman. 

Kondisi ini tentu akan semakin buruk jika dibiarkan, layaknya hujan, jika tidak kunjung berhenti maka ia akan menimbulkan banyak permasalahan baik itu dalam bentuk banjir ataupun tanah longsor, dan jangan lupa, musim penghujan itu lebih banyak virus penyakit bertebaran yang bisa saja menyerang pertahanan tubuh.

Tentu demi menjaga pertahanan tubuh dari cuaca peradaban yang buruk dan mendung tadi perlu dicarikan solusi pencegahannya. Lantas apa solusinya jika demikian ? Dalam hal menjaga pertahanan tubuh, baik secara ruhani dan ragawi dari bahaya cuaca dan kondisi peradaban yang muram jawabannya jelas ada pada aspek pendidikan.

Kita tahu bahwa tujuan pendidikan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan memupuk karakter mulia pada setiap insan. Saya juga berani mengatakan bahwa pendidikan pun memiliki tujuan untuk mennyinari jiwa - jiwa manusia yang kelam. Pendidikan berperan untuk membebaskan manusia dari cuaca mendung yang menyelimuti hati dan akalnya. Namun kemudian muncul pertanyaan, apakah cuaca pendidikan saat ini cukup baik untuk merealisasikan cita - cita luhur tersebut ?

Pertanyaan diatas tentu perlu direfleksikan amat mendalam. Memang betul, jika menginginkan peradaban yang didalamnya berisikan manusia yang berakhlakul karimah dan berjiwa cerah, maka harus disokong juga oleh pendidikan yang optimal dan cerah pula. Tapi sayangnya, menyebut kondisi pendidikan saat ini sedang cerah pun belum bisa juga dibenarkan.

Logikanya begini, peradaban mendung yang kini banyak dan tersebar dimana - mana itu merupakan produk pendidikan juga. Lantas jika outputnya saja mendung, kita patut curiga untuk menyatakan bahwa pendidikan sebagai produsennya, sedang berada pada cuaca yang buruk pula. Beberapa pengamat pendidikan juga menyatakan hal senada, bahwa cuaca pendidikan kita saat ini bisa dikatakan sedang mendung,  didera badai salju, ataupun hujan petir.

Kritikan tersebut diejawantahkan dalam berbagai sebutan oleh beberapa pengamat dan pakar pendidikan. Tilaar malah sudah membukukan analisis cuaca pendidikannya itu dalam bukunya yang berjudul "Pendidikan Arah ke Mana?". Kemudian Roem Topatimasang dengan karya fenomenalnya "Sekolah Itu Candu". Ada juga Darmaningtyas lewat "Manipulasi Kebijakan pendidikan", dan masih banyak sebutan cuaca buruk pendidikan tersebut seperti misalnya yang diungkapkan oleh Eko Prasetyo, Ajip Rosidi, dan Munif Chatib.

Bukan tanpa alasan mengapa banyak pemikir yang menyatakan demikian, secara nyata cuaca pendidikan nasional memang masih jauh yang diharapkan, baik dalam segi administrasi, proses, dan tentu saja ouputnya. Yusuf Tri Herlambang juga mengatakan bahwa secara filosofis pendidikan telah kehilangan jiwa sejatinya untuk dapat memanusiakan manusia. 

Hal nyata yang terlihat dari keadaan tersebut adalah seperti maraknya penyebaran hoax, tawuran, intoleransi, dan sex bebas. Belum soal masih lemahnya profesionalisme guru, manipulasi kebijakan pendidikan, dan bahkan korupsi pendidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun